Kisruh Program MBG Beracun


author photo

9 Okt 2025 - 08.02 WIB


Oleh : Purwanti Rahayu

Sejumlah orang tua siswa di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), mengancam akan melakukan demo besar-besaran, terkait dengan maraknya kasus keracunan yang diduga akibat makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal ini tak terlepas dari dugaan kasus keracunan MBG yang menimpa siswi SMK di Balikpapan.

Adapun di Samarinda, program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah beredar informasi adanya makanan yang cenderung basi di salah satu sekolah menengah kawasan Sungai Pinang.


*Kelalaian Penguasa dalam Program MBG*

Jumlah kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang terus bertambah di berbagai kota, dengan total korban mencapai 6.457 anak per 30 September 2025. 

Penyebab keracunan bervariasi, mulai dari kelalaian dalam standar operasional prosedur (SOP) pengolahan makanan, masalah bahan baku, hingga distribusi makanan yang melewati batas waktu aman. 

Berbagai kalangan masyarakat dan pemerintah daerah mendesak penghentian sementara program untuk evaluasi menyeluruh, namun pemerintah berjanji akan memperbaiki tata kelola program ini.

Masalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di mana keracunan bukan hanya disebabkan oleh cemaran mikrobiologis atau kimia pada makanan, tetapi juga karena kualitas sajian makanan yang menurun akibat masalah operasional, seperti makanan yang dimasak terlalu awal dan terlalu lama sebelum disajikan. Ini menyebabkan makanan menjadi tidak layak konsumsi, bahkan basi dan tidak higienis.

Ekspektasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak sesuai kenyataan meskipun anggaran besar karena adanya masalah dalam pelaksanaan, seperti kualitas makanan yang buruk, keracunan massal, pemborosan anggaran, minimnya penyerapan dana, dan tidak sejalannya program dengan prinsip kedaulatan pangan lokal. Penyebabnya adalah lemahnya pengawasan mutu dan keamanan pangan, ketidakterpaduan sistem, serta minimnya standar operasional prosedur (SOP) yang memadai. Kebijakan ini juga tidak menyentuh akar masalah, banyak generasi yang belum terpenuhi kebutuhan gizinya dan tingginya status stunting.

Ini semua merupakan dampak diterapkannya sistem kapitalisme dalam kehidupan kita saat ini. Seolah negara peduli dengan gizi rakyatnya melalui program MBG. Tapi kenyataannya, itu hanyalah ambisi demi kepentingan partai atau segelintir orang saja. Fakta buruk penerapan MBG di berbagai wilayah tidak mampu menghentikan program ini, meski nyawa menjadi taruhan. 

*Jaminan Gizi dalam Islam*

Dalam sistem Khilafah, negara bertanggung jawab penuh menjamin kebutuhan pangan dan gizi warga negara melalui mekanisme syariat Islam, yang mencakup penyediaan infrastruktur pangan, pengelolaan sumber daya alam, dan ekonomi berdasarkan syariat. 

Ini dilakukan dengan membangun kemandirian pangan, mewujudkan ketahanan pangan, serta menyediakan makanan bergizi gratis di berbagai fasilitas publik seperti sekolah dan rumah sakit, yang didanai melalui anggaran negara yang dikelola sesuai syariat.

Keterlibatan para pakar dalam pemenuhan gizi akan dilakukan sebagai bagian dari kewajiban negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan memastikan kebutuhan gizi generasi terpenuhi melalui kebijakan yang sistematis, serta dengan memanfaatkan anggaran negara untuk layanan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk program makanan bergizi gratis yang didukung oleh keahlian para ahli di bidangnya.

Khalifah Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Aziz memberikan teladan dalam memenuhi gizi rakyatnya melalui tindakan nyata dan kebijakan yang berpusat pada keadilan dan kesejahteraan, seperti pembagian subsidi makanan, pengadaan bahan pokok saat krisis, dan pendistribusian kekayaan negara melalui zakat. Kisah Umar bin Khattab yang meronda dan memikul gandum sendiri untuk keluarga miskin, serta kebijakannya memberikan subsidi makanan bagi anak lahir, menunjukkan tanggung jawab pribadi seorang pemimpin terhadap rakyatnya.

Dengan tindakan dan kebijakan tersebut, para khalifah menunjukkan bahwa pemenuhan gizi dan kesejahteraan rakyat adalah tanggung jawab utama seorang pemimpin. 

Oleh karena itu, penting mewujudkan kepemimpinan Islam (khilafah) agar masyarakat terpenuhi gizinya, sehingga lahir generasi-generasi tangguh terbaik demi peradaban yang cemerlang
Wallahu'alam Bisshawab
Bagikan:
KOMENTAR