Miliaran Rupiah Untuk Buku di Bireuen: Pendidikan atau Proyek Pengganda Anggaran?


author photo

6 Nov 2025 - 01.03 WIB


Bireuen, Aceh — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bireuen kembali menggulirkan anggaran fantastis pada Tahun Anggaran 2025. Di balik deretan proyek pengadaan buku untuk sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), terhampar angka-angka yang memancing tanda tanya besar apakah ini investasi pendidikan atau sekadar ritual tahunan belanja buku yang tak jelas ujungnya? Minggu (02 November 2025).

Dalam dokumen perencanaan belanja, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen menyiapkan lebih dari Rp 3 miliar hanya untuk pengadaan berbagai jenis buku. Dari buku sejarah pahlawan nasional, buku muatan lokal Bahasa Aceh, hingga buku Projek Penguatan Profil Pancasila semuanya menelan ratusan juta rupiah per paket.

Namun, yang membuat mata publik terbelalak bukan hanya besarnya angka, tetapi duplikasi kegiatan yang mencolok. Contohnya, “Pengadaan Buku Projek Penguatan Profil Pancasila untuk SD” muncul dua kali, masing-masing dengan nilai Rp 200 juta, tanpa penjelasan rinci lokasi atau perbedaan substansi. Begitu pula dengan buku Nuansa Sejarah Islam dan buku Keterampilan Siswa SD, yang juga dicatat ganda dengan nilai yang sama: Rp 150 juta per kegiatan.

Pertanyaannya: apakah Bireuen benar-benar membutuhkan dua kali pengadaan buku yang sama di tahun yang sama?

SD: Belanja Buku hingga Ratusan Juta per Tema

Di tingkat SD, daftar belanja buku terlihat menggunung.

Buku Sejarah Pahlawan Nasional di Kecamatan Kuala dan Kota Juang: Rp 200 juta

Buku Mulok Bahasa Aceh: Rp 180 juta

Buku Profil Pancasila: Rp 400 juta (dua kali pengadaan)

Buku Nuansa Sejarah Islam: Rp 300 juta (dua kali pengadaan)

Buku Keterampilan Siswa: Rp 300 juta (dua kali pengadaan)

Buku Olimpiade Sains di Peulimbang dan Peudada: Rp 140 juta

Buku Olimpiade Sains di Jeumpa: Rp 200 juta

Buku BTQ di Samalanga dan Simpang Mamplam: Rp 100 juta

Buku BTQ untuk seluruh SD: Rp 185 juta

Buku Pengayaan Keterampilan dan Profesi Guru SD Peusangan: Rp 200 juta

Jika dijumlahkan, hanya untuk jenjang SD saja, anggaran pengadaan buku mencapai lebih dari Rp 2,4 miliar.

SMP: Anggaran Tak Kalah Fantastis

Tak kalah besar, sektor SMP juga kebagian “hujan proyek buku”:

Buku “Ayo Melakukan Eksperimen Sains”: Rp 200 juta

Ensiklopedia Penemuan Sains dan Teknologi Spektakuler: Rp 200 juta

Buku BTQ SMP: Rp 185 juta

Buku Literasi: Rp 200 juta

Buku Mulok Bahasa Aceh: Rp 180 juta

Buku Literasi dan Referensi: Rp 200 juta

Buku Pengayaan Keterampilan Siswa dan Profesi Guru di UPTD SMPN 3 Peusangan: Rp 200 juta

Total sementara untuk SMP: sekitar Rp 1,36 miliar.

Perpustakaan Pun Tak Ketinggalan

Sebagai penutup, dua proyek lain tercatat sebagai “Pengadaan Buku Koleksi Perpustakaan”, masing-masing bernilai Rp 110,24 juta dan Rp 165,36 juta. Tanpa keterangan tambahan, muncul lagi pertanyaan kenapa dua proyek serupa muncul dengan nilai berbeda?

Belajar dari Masa Lalu: Buku yang Tak Pernah Terbaca

Fenomena pengadaan buku dengan nilai miliaran bukan hal baru di Bireuen. Dalam beberapa tahun terakhir, pengadaan buku sekolah kerap menuai sorotan karena buku-buku itu tak sampai ke tangan siswa, atau justru tersimpan di gudang tanpa pernah digunakan.

Dengan pola anggaran yang terkesan berulang, publik kini menuntut transparansi. Apakah ada audit kelayakan terhadap isi buku yang dibeli? Siapa penerbitnya? Apakah sesuai kurikulum?

Tanpa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, proyek pengadaan buku di Bireuen terancam hanya menjadi “ritual tahunan pengganda anggaran”, bukan strategi mencerdaskan anak bangsa.

Saat dikonfirmasi kadis PK mau pun Sekdis PK Bireuen melalui panggilan, pesan WhatsApp mereka memilih bungkam membisu ada apa? (Ak)
Bagikan:
KOMENTAR