Warga mulai geram. Mereka mengaku lelah menghadapi situasi yang tidak masuk akal ini. Setiap kali ingin mengisi bahan bakar, antrean panjang berujung sia-sia karena tangki SPBU kosong. Ironisnya, beberapa meter dari lokasi yang sama, Pertalite dan Pertamax dijajakan bebas oleh pengecer, seolah pasokan tak pernah berhenti.
“Kalau perusahaan besar sekelas Pertamina saja bisa langka, tapi pengecer selalu punya stok, ini kan aneh. Harusnya ada yang berani periksa!” keluh salah satu warga kepada media ini dengan nada kesal.
Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar. Apakah benar pasokan BBM ke Lhokseumawe berkurang? Ataukah ada permainan kotor di tingkat SPBU? Dugaan praktik curang berupa penyelewengan distribusi tak bisa diabaikan, terlebih jika melihat keteraturan “kelangkaan” yang selalu berujung pada keuntungan bagi pengecer.
Hingga berita ini diterbitkan, tim media masih berupaya menghubungi pihak Pertamina wilayah Lhokseumawe untuk mendapatkan penjelasan resmi. Namun, belum ada tanggapan yang diterima.
Masyarakat kini menuntut tindakan tegas dari aparat dan instansi terkait. Mereka mendesak agar seluruh SPBU di Lhokseumawe ditertibkan dan diawasi ketat, agar rakyat tidak terus-menerus menjadi korban permainan BBM yang seolah dibiarkan tanpa pengawasan.
Karena satu hal kini jelas kelangkaan BBM di Lhokseumawe bukan sekadar soal pasokan ini soal keadilan dan keberanian untuk mengungkap siapa yang sebenarnya bermain di balik “tangki kosong” SPBU kota ini. (A1).
