Sistem Islam Penjaga Ruang Digitalisasi


author photo

7 Nov 2025 - 11.12 WIB



Lisa Agustin 
Aktivis Muslimah 

Anda pernah mengalami atau mendengar tentang penipuan bermotif Aktivasi IKD? Ternyata kasus penipuan digital seperti ini semakin marak terjadi di beberapa kota. Upaya pemerintah untuk mempermudah layanan kependudukan, justru dimanfaatkan untuk modus penipuan.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kalimantan Timur mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap modus penipuan berkedok aktivasi Identitas Kependudukan Digital (IKD). (tribunkaltim.co, 30/10/2025)

IKD atau Identitas Kependudukan Digital merupakan versi elektronik dari KTP-el yang dapat diakses melalui aplikasi di smartphone. Program ini diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) sebagai bagian dari transformasi layanan publik berbasis digital.

Namun, di tengah upaya pemerintah mempermudah layanan kependudukan, sejumlah oknum malah memanfaatkan situasi ini untuk menipu masyarakat. Mereka mengaku sebagai petugas Dukcapil dan menawarkan bantuan aktivasi Identitas Kependudukan Digital melalui telepon, pesan singkat, atau aplikasi WhatsApp.

Analisis

Di tengah era digitalisasi hari ini tidak bisa dipungkiri, bahwa kita memang perlu teknologi yang akan memberikan berbagai manfaat dan kemudahan manusia di dalam kehidupannya. Namun demikian, penguasaan teknologi tanpa pijakan yang benar dapat mengantarkan pada kejahatan dan kecurangan.

Alhasil, keberadaan teknologi yang seharusnya banyak membawa manfaat, malah lebih banyak mendatangkan mudarat bagi umat manusia. Hal ini karena pengaruh sistem kehidupan sekuler kapitalisme saat ini.

Sekularisme menjadikan manusia bersifat materialistis, yaitu seseorang akan melakukan apa pun demi memperoleh harta. Ini karena standar kebahagiaan dalam kapitalisme adalah kepuasan jasmani yang berbentuk materi. Dari landasan ini lahirlah masyarakat sekuler kapitalistik, yaitu individu-individu yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan harta.

Mereka (orang-orang sekuler) mengira harta adalah sumber kebahagiaan. Tidak peduli yang dilakukan merugikan orang lain atau tidak. Bagi mereka yang terpenting adalah keuntungan pribadi. Inilah pangkal kian maraknya pelaku kejahatan, termasuk di dunia digital (elektronik)

Hadirnya sistem pendidikan yang berasaskan sekuler juga telah melahirkan individu yang cerdas teknologi namun minim pemahaman agama. Bahkan kemampuan mereka dalam penguasaan teknologi, menjadi alat untuk meretas sistem data kependudukan. Sehingga terjadi kebocoran data informasi, yang memudahkan aksi modus penipuan ini.

Kesimpulannya bahwa di satu sisi pemerintah ingin membuat sebuah sistem yang mudah dan cepat. Namun di sisi lain, negara gagal melindungi data-data tersebut sehingga justru terjadi kebocoran. Lagi-lagi yang jadi korban adalah rakyatnya. Inilah dampak penerapan sistem kapitalisme sekuler.

Pandangan Islam 

Berbeda dengan Islam. Dalam pandangan islam data pribadi adalah amanah yang wajib dijaga. Siapapun yang meretas data pribadi seseorang tanpa seizin pemiliknya adalah pengkhianatan.

Terkait perlindungan data, negara yang mengadopsi sistem Islam akan memastikan bahwa proses akses data pribadi dilakukan sesuai panduan syariat. Prinsip perlindungan akses data pribadi setidaknya mengacu kepada tiga kaidah syarak, yaitu dilakukan berdasarkan saling rida, tidak menzalimi dan dizalimi, serta tidak menimbulkan bahaya bagi diri dan orang lain.

Dalil terkait prinsip saling rida ini antara lain hadis Rasulullah saw., ”Tidak halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan darinya.” (HR Ibnu Hibban).

Termasuk data pribadi dan hal penting lainnya yang menyangkut privasi milik individu, wajib dilindungi oleh negara. Bukan hanya di dunia nyata tapi juga maya/digital.

Ruang digital merupakan dimensi baru yang dihasilkan oleh teknologi. Maka dalam pandangan Islam, negara harus hadir untuk memberikan pertahanan dan keamanan dari level negara sampai ke level warga negara (individu).

Sebab dalam Islam penjagaan keamanan dan pertahanan ini memiliki tiga pilar. Pilar pertama negara yaitu penguasa yang bertakwa. Pilar kedua yaitu masyarakat yang bertakwa. Dan pilar ketiga yaitu individu yang bertakwa. Dengan tiga pilar inilah akan membentuk support sistem penjagaan yang mumpuni.

Peran negara secara terintegrasi akan membangun back bone (tulang punggung) internet sendiri, baik pada aspek perangkat lunak, perangkat keras, atau pusat data. Dengan itu, semua infrastruktur digital mulai dari properti digital hingga aksesnya berada di bawah kendali negara. 

Maka negara Islam akan mengembangkan teknologi mutakhir di berbagai bidang yang dibutuhkan. Dalam kitab Sistem Pemerintahan Islam, hlm.206—207 Syekh Abdul Qadim Zallum menjelaskan bahwa seluruh fasilitas negara beserta industrinya, baik industri yang terkait dengan kemiliteran maupun tidak, harus senantiasa dikembangkan agar bisa mengungguli fasilitas-fasilitas serta industri negara dan bangsa-bangsa besar yang ada. Di samping itu, jurusan-jurusan dan fakultas sains dan teknologi harus lebih banyak dan maju sehingga bisa melahirkan beratus-ratus ribu lulusan insinyur, tenaga engineering, ahli-ahli desain, dan para teknokrat.

Setiap pembangunan dan pengembangan dalam negara Islam semuanya harus senantiasa ditingkatkan agar negara memiliki kekuatan untuk melindungi rakyatnya dan menggentarkan musuh-musuh Allah. Ini sebagaimana firman Allah Taala dalam QS Al-Anfal [8]: 60.

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” 

Dengan konsep seperti ini serta didukung penerapan sistem ekonomi, sistem pendidikan Islam dan sistem hukum berdasarkan syariat Islam, negara akan sangat mudah membangun infrastruktur digital secara mandiri dan kuat. Dengan landasan keimanan dan ketakwaan, kehidupan umat manusia akan membawa keberkahan. Dalam hal proses digitalisasi tidak hanya akan mempermudah tapi juga bermanfaat untuk umat manusia dan menunjang peradaban sehingga menjadi mercusuar dunia. Wallahu 'alam
Bagikan:
KOMENTAR