HIV-AIDS Mengancam Remaja dan Ibu Hamil, Islam Solusinya


author photo

15 Des 2025 - 08.20 WIB



Oleh : Delvia
Peringatan Hari AIDS Sedunia menguak fakta yang cukup mengguncang publik. Data terbaru yang dirilis sejumlah Dinas Kesehatan di Kalimantan Timur sepanjang 2025 menunjukkan peningkatan kasus HIV yang tidak lagi berfokus kelompok berisiko tinggi, tetapi kini meluas ke remaja, pelajar, mahasiswa, bahkan ibu hamil. Situasi ini menguatkan alarm bahwa problem HIV-AIDS bukan sekadar isu kesehatan, melainkan ancaman serius bagi masa depan generasi.
Peningkatan kasus HIV ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Kalimantan Timur. Seperti di Samarinda, hingga Oktober 2025 ditemukan 444 kasus HIV baru, dengan total 2.225 pasien masih menjalani pengobatan aktif. Di Balikpapan, per September 2025 tercatat 261 kasus baru, 49 di antaranya sudah memasuki fase AIDS. Peningkatan paling mencolok tampak pada remaja usia 15–24 tahun yang mencapai 61 kasus, bahkan kasus di kalangan pelajar dan mahasiswa melampaui kelompok pekerja seks yang selama ini dianggap risti (berisiko tinggi).
Di Bontang pun menghadapi tren serupa. Dari 43 temuan kasus baru HIV sepanjang 2025, lima di antaranya adalah remaja berusia 15–19 tahun. Mayoritas kasus tetap terjadi pada rentang usia produktif 25–49 tahun—usia yang mestinya menjadi agen perubahan.
Begitu juga di tingkat nasional, kasus HIV pada ibu hamil turut meningkat. Kemenkes melaporkan 2.264 temuan baru sepanjang 2025. Situasi ini menandai risiko penularan dari ibu ke bayi yang semakin nyata bila tidak ada pendekatan sistematis yang menyentuh akar masalah.
Problem Generasi yang Semakin Kompleks
Jika dicermati fenomena meningkatnya HIV di kalangan remaja dan ibu hamil sebenarnya bisa diatasi asal solusi yang diberikan sesuai dengan akar masalahnya. Adapun akar masalah dari meningkatnya kasus HIV ini terjadi karena banyak faktor. Di antaranya, kebijakan hanya berfokus pada edukasi dan penanganan medis (kuratif). Padahal penularan HIV yang kini menimpa generasi muda bukan terjadi secara tiba-tiba. Ada perubahan pola perilaku, nilai hidup, dan lingkungan sosial yang tidak ditangani secara struktural. Ketika pergaulan bebas makin mudah diakses dan tidak ada pagar nilai yang kokoh, risiko penyebaran semakin tinggi.
Begitu juga dengan Kasus ibu hamil dengan HIV menunjukkan lemahnya langkah preventif. Beban ekonomi membuat banyak pasangan hidup terpisah dan rentan pada perilaku berisiko, sehingga membuka celah penularan HIV dalam rumah tangga. Nah dari sini muncul pertanyaan bagaimana membentuk generasi pelopor perubahan bila para ibu penentu kualitas generasi ikut terancam?
Tidak hanya itu generasi kini banyak mengambil keputusan berdasarkan keinginan dan kepuasan diri, bukan lagi pada batasan moral, halal-haram. Sistem sekuler membuka ruang luas bagi budaya Barat yang mengagungkan kebebasan tanpa batas untuk meresap ke masyarakat. Identitas generasi sebagai agen perubahan pun semakin kabur.
Di tambah lagi kurangnya pondasi akidah membuat remaja mudah terjebak pergaulan bebas. Lingkungan sosial, termasuk circle pertemanan atau kelompok pergaulan tertentu, seringkali mendorong perilaku berisiko yang mempercepat penyebaran HIV. Individu tidak cukup kuat berdiri sendiri tanpa sistem sosial yang mendukung.
Islam sebagai Solusi Komprehensif
Islam adalah agama yang sempurna. Islam mampu mengatasi seluruh permasalahan yang terjadi termasuk kasus HIV. Dalam pandangan Islam, pencegahan penyakit seperti HIV-AIDS tidak hanya diserahkan pada edukasi dan pengobatan semata. Islam memberikan kerangka yang menyeluruh meliputi individu, masyarakat, hingga negara untuk menciptakan lingkungan yang menjaga kehormatan, kesehatan, dan masa depan generasi.
Negara dalam Islam tidak membiarkan perilaku-perilaku pemicu penyebaran HIV tumbuh subur. Negara mengatur sistem pergaulan sosial, memastikan pendidikan yang membentuk akhlak, serta memberikan sanksi tegas yang bersifat preventif sekaligus menekan perilaku merusak. Islam juga mengatur interaksi laki-laki dan perempuan, batasan dalam pergaulan, hingga pendidikan sejak dini yang menanamkan kesadaran moral dan ketakwaan. Semua aturan ini saling menguatkan agar generasi terhindar dari perilaku yang berpotensi membawa penyakit.
Untuk mewujudkan hal itu, maka Islam mempunyai tiga pilar, yaitu ketakwaan individu sebagai benteng moral, kontrol masyarakat untuk saling menasehati dalam kebaikan serta adanya aturan negara untuk menjaga seluruh aspek kehidupan tetap berada dalam koridor syariat. Ketiganya memberi perlindungan yang kokoh bagi remaja dan keluarga agar tidak terjerumus dalam perilaku yang merusak diri maupun generasi.
Oleh karena itu, dengan adanya data peningkatan HIV pada remaja dan ibu hamil seharusnya menjadi alarm bagi semua pihak bahwa generasi kita berada dalam bahaya. Tidak cukup sekadar memberi edukasi atau menambah layanan medis. Tetapi diperlukan solusi yang mampu menyentuh akar persoalan, yaitu aturan Islam secara menyeluruh yang diterapkan negara.
Islam menawarkan solusi komprehensif yang tidak hanya mencegah penyakit secara fisik, tetapi juga membangun manusia berakhlak, bermoral, dan bertakwa. Generasi pun akan mampu menjadi pelopor perubahan bila mereka dibimbing oleh sistem yang benar, yakni Islam. Wallahu a’lam
Bagikan:
KOMENTAR