Oleh : dr. Hj. Sulistiawaty, MAP
Lesbian, Gay, Bisex dan Transgender (LGBT) saat ini menjadi masalah global dan modern. Hal ini menjadi isu yang marak dibicarakan di Indonesia maupun belahan bumi lainnya seiring semakin banyaknya komunitas-komunitas LGBT dan semakin gencarnya kampanye keberadaan mereka.
Para kaum LGBT tidak lagi malu dan terus berupaya menyebarkan prilaku menyimpang tersebut. Baik melalui media massa, elektronik mapun cetak untuk mengenalkan dan mencitrakan bahwa keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat merupakan sesuatu hal yang normal.
Di Kabupaten Berau juga komunitas tak luput keberadaannya. Bahkan, komunitas tersebut secara terang-terangan membuka fanspage di laman sosial media FB. Diberinama ‘Gay Tanjung’. Halaman tersebut tergolong aktif. Postingan halaman itu terakhir pada Jumat, 11 Agustus 2023 kemarin. Dengan postingan sebuah video yang menunjukkan pelajar SMA sedang tidur bareng di kelas saat jam pelajaran. Postingan itu pun mendapat 105 like, 6 komentar, 4 kali dibagikan, dan jumlah penayangan sebanyak 2.536.
Merespon itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Berau Syarifuddin Israil, mengaku kaget dengan fenomena tersebut. Sebab, sejauh ini komunitas itu terselubung dan tidak muncul secara gamblang di publik. “Ini harus jadi atensi, karena bisa berbahaya untuk sosial masyarakat, kami melarang itu,” kata Ustadz Syarifuddin sapaan dia, kepada Berau Terkini, pada Senin (21/8/2023).
Sebab, MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Lesbian, Gay, Sodomi dan Pencabulan. Dalam fatwa itu dijelaskan, bahwa orientasi seksual terhadap sesama jenis adalah kelainan yang harus disembuhkan.
Selain itu, orientasi seksual sesama jenis ini juga ditegaskan sebagai bentuk dari penyimpangan yang harus diluruskan.
Keberadaan dan berkembangnya komunitas-komunitas LGBT di Indonesia yang merupakan Negara dengan masyoritas Islam dan menjunjung tinggi nilai moral tentunya menjadi hal yang sangat kontroversial.
LGBT Semakin Marak
Gaya hidup modern sekarang yang berkiblat pada kebebasan hingga muncul fenomena pelencengan gaya hidup bahkan pelencengan orientasi seksual. Fenomena orientasi seksual saat ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan seiring maraknya promosi kaum LGBT di berbagai media sosial. Anak-anak yang telah diberikan gadget, sekiranya akan mudah mengakses berbagai medsos. Ditambah lagi, di masa usia tersebut adalah di masa anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, senang ingin mencoba hal yang baru, sehingga hal tersebut pasti nya amat sangat rentan terkena berbagai informasi yang buruk, apalagi hingga kepada konten- konten yang berbau LGBT.
Mengutip dari kajian penelitian Kesehatan Universitas Indonesia, oleh Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH, Studi menunjukan perilaku homosexual dan ketertarikan sesama jenis banyak dijumpai sejak usia 15, prevalensinya pada pria, di Amerika 20.8 persen, UK 16.3 persen, dan Amerika 18.5 persen.Sedangkan pada kelompok wanita masing-masing 17.8 persen, 18.6 persen, and 18.5 persen [Sell, 1995 ].Ternyata perubahan itu terjadi di usia yang rentan dan didukung oleh factor pergaulan.
LGBT Bukan Faktor Genetis
Salah kaprah dari kaum LGBT yang menganggap bahwa perilaku mereka adalah itu keturunan, "born this way", atau yang mereka biasa sebut dengan "gay gene", genetis.
Magnus Hirscheld pada 1899 memperkenalkan teori ini, bahwa gay itu genetis, Michael Bailey, Richard Pillard pada 1991 juga meneliti hal ini. Mereka temukan, tak ada kepastian gay adalah bawaan genetis, hanya dugaan tanpa kepastian.
Dean Hamer pada 1993 memperkenalkan adanya kromosom Xq-28 yang menurutnya bertanggung jawab atas perilaku LGBT, dan ternyata ini pun tidak dapat dia pastikan, hanya dugaan saja. Ternyata, Dean Hamer yang dipuja-puja kaum LGBT sebagai yang membuktikan LGBT adalah keturunan genetis pun dia ternyata juga seorang gay. Dean sendiri, mengatakan pada 1998 bahwa "I don't think will ever be able to predict who will be gay". Aneh bukan, kalau genetis minimal prediksi saja harusnya bisa dilakukan Teori sesat bahwa LGBT ini diwariskan lewat genetis.
Makin hancur saat George Rice pada 1999 yang mengadaptasi riset Hamer dengan responden yang lebih besar, ternyata tidak menemukan kaitan gen tertentu yang menjadikan seseorang gay.
Begitupun dengan semua riset tentang ini, semua ternyata tetap pada posisi dugaan, tidak ada yang menyatakan secara pasti, bahwa perilaku LGBT itu diwariskan secara genetis, tak ada bukti ilmiah sama sekali.
Dilain sisi, studi tentang kembar identik yang dipopulerkan PFOX.org misalnya, justru menemukan ada yang kembar identik, tapi yang satu gay yang satu tidak. Ini bukti bahwa LGBT itu sebenarnya bukan bawaan lahir, tapi penyimpangan.
Apapun itu penelitian ilmiah, seorang Muslim tetap harus meyakini, Allah Mahatahu dan Mahabenar, dan Allah sudah sampaikan, perilaku LGBT ini adalah keji dan jalan nista Secara biologis pun ini jelas merusak tatanan masyarakat dan kelanjutan kehidupan manusia, belum lagi penyakit kelamin menular, HIV dan penyakit gangguan mental.
Jangan mau ditipu LGBT dan pendukungnya yang hina. Tandai pendukung-pendukungnya, perangi pemikiran mereka, jaga anak-anak dan keluarga kita, dakwahkan Islam. Kita lihat LGBT adalah akibat dari tiadanya keimanan, seperti ummat Nabi Luth, solusinya adalah menerap Islam, sebab Islam itu fitrah, dan fitrah pasti membahagiakan
Sekularisme Ciptakan Kebebasan Perilaku
Penyebab yang perlu digarisbawahi terkait LGBT adalah jauhnya seseorang dari agama. Yang membuat seseorang jauh dari pada agama adalah sebagaimana ide atau paham yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Paham tersebut secara tersistem keberadaannya, yakni sekuler-kapitaslisme.
Sekuler diartikan sebagai menjauhkan agama dari kehidupan. Agama tidak boleh turut campur, porsi agama hanya ditempatkan pada ranah-ranah tertentu.
Sehingga hal tersebut menjadikan generasi yang terbentuk saat ini lebih kepada jauh dari agamanya. Sedangkan kapitalisme diartikan sebagai melakukan segalanya atas dasar manfaat.
Sehingga ketika kehidupan yang menganut sistem sekuler-kapitalisme maka tidak heran akan terbentuk orang-orang yang akan berbuat apapun tidak menilai hal tersebut apakah diperbolehkan ataukah dilarang agama, asalkan terdapat manfaat di dalamnya.
Dan akan terbentuk manusia yang bertingkah laku tidak sesuai dengan syariat dan menyimpang serta senantiasa menuruti hawa nafsunya.
Sehingga sangat perlu ditanamkan akidah Islam yang kokoh pada anak agar tidak terbawa arus pergaulan bebas saat ini yang semakin kebablasan. Terutama perlu adanya ideologi/pemahaman berdasarkan Islam yang sekiranya menjadi benteng bagi generasi.
Islam Mencegah Penyebaran LGBT
Anak-anak harus dibekali pemahaman yang benar tentang gender atau jenis kelamin, tata cara pergaulan dan tujuan penciptaan lelaki dan perempuan, serta tentu saja ketaatan penuh pada Allah SWT.
Selain itu cari juga komunitas yang positif untuk tumbuh kembang anak, baik dari sisi spiritual, mental, dan perilaku. Tentunya agar penyelesaian tersebut dapat tercapai maka harus ada andil Negara.
Perlunya Negara untuk bertindak tegas dan sesuai syariat untuk memberantas LGBT dan paham-paham yang menyimpang lainnya.
Di dalam Islam, maka akan berupaya mencegah terjadinya hal tersebut dengan sikap mengecam perbuatan LGBT dan membongkar makar pengusungnya. Sehingga tatkala ada gelagat yang mengarah hal tersebut, maka akan langsung ada tindakan untuk mengantisipasinya.
Islam pun dengan tegas kepada seorang kaum LGBT akan disanksi dengan hukuman mati. Adanya hukuman dan sanksi tersebut di dalam Islam dengan tujuan memberikan efek jera bagi pelakunya dan menghindarkan manusia dari perbuatan keji. Sehingga perbuatan menyimpang dapat diminimalisir bahkan dihapuskan. Wallahu a’lam.