Oleh: Fina Siliyya, S.TPn.
Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang membuka peluang Indonesia mengakui Israel jika Palestina diberikan kemerdekaan menimbulkan polemik. Di satu sisi, pernyataan ini dianggap sebagai strategi diplomasi untuk membuka ruang komunikasi. Namun di sisi lain, langkah tersebut justru dikhawatirkan akan menyeret Indonesia ke dalam narasi solusi dua negara, sebuah agenda politik Barat yang sejak lama terbukti gagal dan hanya melanggengkan pendudukan Zionis atas tanah Palestina.
Konsep solusi dua negara sejatinya hanyalah ilusi damai. Telah dikampanyekan selama puluhan tahun, namun penderitaan rakyat Palestina tak kunjung berakhir. Kekerasan terus terjadi, wilayah Palestina kian menyempit, dan rakyat Gaza tetap menjadi korban. Maka, pernyataan pengakuan terhadap Israel meskipun bersyarat terasa menyakitkan dan mencederai sejarah perjuangan umat Islam, dari para syuhada Intifada, Khalifah Umar bin Khattab, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi, hingga para korban Nakba dan Taufan Al-Aqsa.
Dalih bahwa ini adalah batu loncatan diplomatik pun patut diragukan. Sejarah telah menunjukkan bahwa bahkan suara lembaga sekelas PBB pun kerap diabaikan oleh Israel. Jika Indonesia yang dikenal sebagai negara Muslim terbesar di dunia justru membuka celah normalisasi hubungan, maka hal ini akan melemahkan posisi Palestina dan membuat citra buruk preseden bagi solidaritas dunia Islam. Karena itu, umat Islam harus bersatu dan tidak terpecah oleh diplomasi semu. Hanya dengan kekuatan kolektif umat, terutama jika negeri-negeri Muslim mengerahkan kekuatan militernya untuk membela tanah suci, penjajah dapat diusir dan kemerdekaan sejati bisa ditegakkan.
Kita semua menginginkan genosida dihentikan dan kemerdekaan Palestina terwujud. Namun, itu tidak akan tercapai melalui kompromi dengan penjajah yang telah berkali-kali membuktikan ketidaktulusannya. Inilah saatnya umat Islam, termasuk Indonesia, mengambil sikap tegas dengan membangun persatuan hakiki dan mengobarkan dukungan nyata termasuk kekuatan militer negeri-negeri Muslim untuk membebaskan Palestina secara menyeluruh.