Vira Rahayu (Pemerhati Generasi)
Sejak dilantiknya presiden, berbagai program mulai direalisasikan, salah satunya adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini telah berjalan di berbagai wilayah, dengan sasaran utama anak-anak sekolah mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA.
Program MBG juga mendapatkan perlindungan asuransi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, sejumlah risiko mulai teridentifikasi, salah satunya adalah kasus keracunan yang menimpa siswa sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
RSUD Sayang dan RS Bhayangkara Cianjur menerima pasien yang mengalami keracunan akibat mengonsumsi makanan dari program MBG. Para korban berasal dari siswa MAN Cianjur dan SMP PGRI. (Bisnis.com, 11 Mei 2025)
Kasus ini menunjukkan adanya kelalaian dalam pengawasan kualitas makanan, yang tidak lepas dari praktik industri kapitalis yang lebih mengutamakan keuntungan ketimbang keselamatan dan kesehatan masyarakat. Negara seakan lepas tangan dengan hanya mengandalkan skema asuransi MBG, yang justru menunjukkan bahwa risiko kesehatan dikomersialisasi alih-alih dicegah secara sistemik.
Sistem kapitalisme gagal menjamin kualitas gizi generasi muda karena pasar bebas membiarkan produk berbahaya beredar tanpa kontrol ketat. Kapitalisme juga gagal menyejahterakan rakyatnya, sebagaimana terlihat dari tingginya angka pengangguran, bahkan di kalangan sarjana. Apalagi mereka yang berpendidikan rendah, sering kali harus menahan lapar karena tidak memiliki penghasilan tetap.
Sebaliknya, sistem Islam menawarkan solusi menyeluruh yang mengatur ekonomi dan kesejahteraan rakyat berdasarkan syariat Islam, dengan tujuan utama kemaslahatan bersama. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh atas keamanan pangan dan pemenuhan gizi masyarakat, tanpa menyerahkannya kepada mekanisme pasar atau kepentingan korporasi.
Negara juga memastikan terbukanya lapangan kerja yang luas, terutama bagi laki-laki sebagai penanggung jawab nafkah keluarga. Dengan demikian, setiap kepala keluarga dapat memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarganya secara mandiri. Pendekatan ini jauh lebih efektif dibandingkan program Makan Bergizi Gratis, karena bersifat berkelanjutan dan berbasis pada kemandirian ekonomi rakyat. Hal ini dapat dicapai melalui pengelolaan sumber daya alam yang optimal dan pembangunan sektor-sektor produktif.