Milda, SPd
(Aktivis Muslimah)
Samarinda kembali jadi sorotan. Hal itu terkait tata kelola sampah. Ibu kota Kaltim itu masuk lima besar daerah dengan pengelolaan limbah domestik terburuk di Kaltim.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kaltim, Anwar Sanusi. Selain Samarinda, ada Kutai Kartanegara, Berau, Kutai Timur, dan Kutai Barat yang sama-sama belum memenuhi standar nasional dalam sistem pengelolaan sampah.
Kelimanya masih menggunakan metode open dumping atau pembuangan sampah secara terbuka, cara kuno yang sudah lama dilarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) (https://kaltimpost.jawapos.com/samarinda/2386182652/samarinda-masuk-daftar-hitam-pengelolaan-sampah-dlh-kaltim-beri-peringatan-keras-ini-daerah-lain-yang-juga-dinilai-buruk)
Permasalahan sampah di Samarinda saat ini belum serius dalam penanganannya. Pengelolaan sampah seharusnya di lakukan mulai dari hulu bagaimana produsen harus mengubah kemasan makanan maupun minuman mulai dari sekali pakai sampai mampu di daur ulang melalui proses yang tidak membahayakan bagi tubuh manusia. Kemudian dari hilir penguasa harus mengambil langkah tegas dengan memberikan sanksi tegas kepada seluruh masyarakat yang membuang sampah di tempat umum. Negara harus menyediakan fasilitas yang mampu mendaur ulang sampah.
Jika diamati ada aktivis lingkungan yang terbentuk dari kelompok masyarakat dengan membersihkan lingkungan sekitar. Namun yang menjadi titip fokus kita saat ini adalah, apakah mampu penanganan sampah hanya dengan gerakan sosial tanpa adanya keseriusan negara menyelesaikan masalah sampah?.
Tentu masalah ini butuh peran negara dalam menyelesaikan permasalahan sampah dari hulu hingga hilir.
Kehidupan hedonis
masyarakat Samarinda juga menjadi penyebab maraknya sampah yang itu tidak hanya makanan dan minuman tetapi seperti mengoleksi barang bermerek kebanyakan hanya untuk memenuhi kehidupan hedonis yang seolah ingin tampak bak sosialita yang ingin mendapat pengakuan tanpa memilah antara kebutuhan dan keinginan. Sehingga tidak heran jika saati ini sampah kian membludak yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dalam sistem kapitalisme masyarakat tidak mampu memilah antara kebutuhan dan keinginan, sehingga para aktivis lingkungan berharap mampu menciptakan suasana lingkungan bersih, aman dan terbebas dari sampah seolah menemukan jalan buntu.
Problem sampah terletak pada kesadaran bersama bagaimana individu, masyarakat, maupun negara memiliki peran masing-masing. Tentu negara memiliki andil besar dalam menyelesaikan masalah sampah dengan membuat kebijakan holistik yang menuntaskan sampai ke akar masalah. Ketika kerusakan lingkungan semakin marak maka akan berdampak pada kesehatan masyarakat dan krisis iklim.
Islam memiliki pandangan yang khas dalam menjaga lingkungan.
Sebagaimana Firman Allah Subhana Hu' Wata'alah :
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. Al-A'raf : 56).
Tidak hanya itu saat Rasulullah SAW berpesan kepada para sahabat, ketika melakukan perlawanan musuh hendaklah memperhatikan lingkungan dan tidak merusak lingkungan sekitar. Maka masyarakat modern saat ini wajib menjaga lingkungan dan itu harus dimulai dari setiap individu dengan memilih antara kebutuhan dan keinginan sebagaimana dalam sistem kapitalisme yang menjadikan keinginan manusia bagian dari kebutuhan yang harus terealisasikan.
Dalam sistem Islam negara memberikan edukasi baik secara langsung maupun melalui sosial media dengan tayangan yang mengedukasi umat yakni menjaga pola hidup sehat. Sistem Islam tidak melarang umat untuk membeli hal-hal yang menjadi keinginannya namun tetap memperhatikan bagaimana Syara' mengaturnya. Dengan penerapan syari'at Islam akan mampu menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.
Selain itu sistem Islam juga akan memberikan aturan yang jelas tentang konsep menjaga kebersihan demi terciptanya kesehatan dan mengingatkan seluruh eleman masyarakat untuk memperhatikan lingkungan dengan berlandaskan akidah Islam.
Sehingga problem sampah khususnya di Samarinda mampu terealisasi dengan baik sebab antara masyarakat dan negara saling bersinergi dalam menjaga lingkungan, sehingga sampah tidak lagi menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat maupun makhluk lainnya. Wallahu Alam Bishowab.