REFLEKSI MUHARRAM, MUHASABAH UMAT TANPA ISLAM


author photo

3 Jul 2025 - 23.03 WIB


Nurhayati, S.H

Umat islam memasuki kalender tahun 1447 Hijriyah. Tahun yang menjadi simbol peradaban Islam dimulai sejak 14 abad lebih yang lalu. Peradaban islam dimulai dengan semangat perjuangan mengeluarkan umat manusia dari masa jahiliyah menuju cahaya islam. Merupakan kebanggakan bagi umat ini bahwa perjuangan tersebut dirintis oleh Nabinya, dilanjutkan oleh para sahabat dan pejuang-pejuang islam sejati.

Jejak kejayaan islam tak pernah mati. Dunia dari masa ke masa dapat menyaksikan keagungan peradabannya yang pernah berjaya. Umat islam tersebar dimana-mana, jumlahnya banyak meliputi diseluruh dunia. Hari ini kalimat-kalimat islam terdengar ditelinga para manusia.

Dari Jahiliyah, Kembali Jahiliyah

Kini kejayaan Islam tinggal kenangan. Generasi islam hari ini hanya menikmati kisah manis perjuangan, indah kemenangan, dalam dilema kemunduran. Bangunan peradaban islam yang pernah berdiri kokoh selama berada-abad lamanya, kini runtuh tanpa bisa berdiri kembali. Tanpa penerapan syariat islam kaffah, umat islam hidup terbelakang.

Untuk kesekian kalinya tahun baru hijriyah hadir dalam kondisi umat tercerai berai. Berbagai problematika kehidupan seperti penjajahan, kedzoliman, penindasan, dan kejahatan tak manusiawi lainnya terus menimpa umat Nabi Muhammad, kian hari nasibnya makin suram.

Kalau dulu dunia mengenal keagungan islam dengan kejayaan hegemoninya yang membawa perdamaian, kini kejayaan itu sirna, berganti hegemoni kapitalis yang gemar menjajah umat islam. Lihatlah nasib muslim Rohingya yang mengalami diskriminasi, tengok juga kondisi muslim Uyghur yang hidup dalam penindasan, dan yang paling terjajah sepanjang masa keruntuhan islam ialah Palestina. Palestina merupakan saksi nyata penjajahan umat islam terus terjadi hingga saat ini.

Allah berfirman predikat umat terbaik adalah umat Nabi Muhammad. Namun predikat itu nampak tidak realistis karena yang sedang terjadi adalah umat ini berjalan mundur kembali ke arah jahiliyah. Bagaimana bisa kita kembali kemasa jahiliyah sedang Islam telah memuliakan kita?

Bulan Muharram, Momen Menuju Islam Kaffah

Tahun baru Hijriyah harus menjadi momen muhasabah bagi umat islam. Bukan hanya refleksi bagi diri sendiri, namun juga harus menjadi refleksi bersama umat islam dimanapun berada. Pasalnya problematika umat islam begitu kompleks, mulai dari persoalan individu, masyarakat, hingga negara, semua komponen tersebut jauh dari ketaatan syariat.

Ingatlah bagaimana Rasulullah dan para sahabat menetapkan kalender 1 hijriyah. Semua bermula ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah dari Mekkah, membangun negara yang menerapkan syariat islam serta membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah dan RasulNya. Dalam harmoni islam, Rasulullah sukses membangun peradaban umat terbaik sepanjang masa, di mulai dari wilayah kecil bernama Madinah.

Kunci kesuksesan Rasulullah membangun umat terbaik ada dua. Pertama, membentuk masyarakat yang bertakwa. Kedua, menerapkan aturan Sang Pencipta. Dengan dua hal ini, umat Islam menjadi mulia, disegani dari masa ke masa. Sebaliknya ketika umat meninggalkan dua hal ini, yang terjadi adalah umat hidup dalam keterpurukan dan kehinaan. Inilah akar persoalan umat Islam hari ini. Umat terpuruk karena makin jauh dari aturan Allah dan ketiadaan perisai islam yakni khilafah.

Satu-satunya cara meraih kembali kemuliaan adalah dengan kembali pada aturan Allah dan menerapkannya dalam kehidupan secara kaffah, yakni dengan tegaknya khilafah. Memanfaatkan momen pergantian tahun hijriyah dengan menjadi muslim yang lebih taat, rela dan Ikhlas diatur dengan islam dalam segala lini kehidupan.

Umat harus sadar bahwa penerapan islam kaffah adalah sebuah kebutuhan, bukan pilihan yang bisa diambil atau tidak. Oleh sebab itu umat ini harus bersatu, saling bahu membahu mengingatkan dalam kebaikan islam hingga tegak kembali khilafah yang menjadi perisai kemuliaan umat. Persatuan umat islam yang membentuk jamaah dakwah yang tulus dan istiqamah yang berjuang  dijalan Allah. Insyaallah. Wallahu’alam.
Bagikan:
KOMENTAR