Gen-Z Bicara Perubahan, Akankah Membawa Kebangkitan Umat


author photo

15 Sep 2025 - 09.02 WIB




Oleh: Hameeda (Aktivis Muslimah)

Pemandangan jalanan dipenuhi para remaja dengan seragam putih abu-abu, membawa poster penuh sindiran, kritik, dan tuntutan terhadap kebijakan pemerintah menjadi sorotan publik baru-baru ini. Generasi-Z, yang selama ini dianggap sebagai generasi “rebahan” atau “overthinking”, ternyata mampu mengguncang ruang sosial-politik dengan ekspresi yang mengejutkan. Gen-z yang mempunyai gaya unik dalam mengekspresikan kritik di ruang public, sikap kritis, estetis, humoris dan anti anarkis jadi branding legitimasi moral pergerakan gen-z, mereka berani menyuarakan keadilan dengan cara tenang, damai dan ramai di media sosial.

Respon yang dilakukan oleh gen-z ini dinilai psikolog anak dan remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog sebagai bentuk perbedaan mekanisme pertahanan gen-z dengan generasi sebelumnya, mulai dari Boomer, Gen X, hingga Milenial. Menurutnya, generasi Boomer umumnya bertahan dengan mekanisme fight, yakni mengandalkan otoritas dan kekuasaan, atau fawn, yaitu cenderung patuh secara berlebihan. Sementara itu, Gen X dan Milenial lebih sering terbawa pola fight or flight, dengan kecenderungan memilih flight atau menghindar demi rasa aman. Sedangkan Gen Z secara psikologis sudah mampu menggunakan mekanisme face. Respon face dianggap yang paling adaftif, mampu menghadapi ancaman secara rasional, asertif, dan tetap terhubung. Sehingga bisa melindungi diri, mengurangi risiko, dan menyampaikan kebutuhannya tanpa harus menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Gen-Z memilih berbicara dengan cara khas mereka, yakni menggunakan media sosial, meme, poster kreatif, hingga estetika visual. Mereka berbicara tanpa harus membakar fasilitas. (Kompas.com, 5/9/2025).

Pendapat lain, Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, menyoroti fenomena meningkatnya jumlah anak di bawah umur yang ikut aksi demonstrasi. Menurutnya, meskipun demo bisa jadi ajang belajar menyampaikan pendapat, remaja rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum matang. Menurutnya, di usia tersebut, remaja cenderung ingin terlihat keren dan berani di depan teman-temannya atau publik. Hal ini bisa bikin mereka bertindak impulsif, apalagi dalam situasi massa yang penuh tekanan dan emosi. (inforemaja.id, 2/9/2025).

Pengklasifikasian karakteristik generasi (Gen-Z) berdasarkan ilmu psikologi diarahkan untuk sesuai dengan mind set kapitalisme dalam menghilangkan kesadaran politik, lebih fokus pada pendekatan spesifik Gen-Z (cara mempertahankan nilai dan identitas mereka sekaligus meminimalkan eskalasi konflik).

Islam memandang bahwasanya manusia diciptakan oleh Allah dengan potensi hidup yang dimilikinya (khasiyatul insan) berupa kebutuhan jasmani, yakni butuh makan,minum, tidur, buang hajat, dsb dan potensi naluri yakni beragama (tadayyun), melestarikan jenis (nau’) dan mempertahankan diri (baqa’). Dan semua potensi ini menuntut untuk dipenuhi.

Aksi yang dilakukan oleh Gen-Z merupakan pemenuhan dari naluri mempertahan diri (baqa’). partisipasi mereka adalah wujud dari kekecewaan yang menumpuk akibat berbagai isu sosial dan politik. Selain itu, kita bisa melihat bagaimana Gen-z yang disebut sebagai ‘native digital’, mereka adalah generasi yang lahir dan tumbuh di era dimana internet dan teknologi digital telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Sehingga mereka bisa cepat memperoleh informasi terkait kondisi masyarakat saat ini. Kita bisa melihat bagaimana mereka merespon, sebelumnya ramai hashtag kabur aja dulu, hashtag indonesia gelap, dan hashtag peringatan darurat. Terakhir mereka turut dalam aksi demonstrasi turun ke jalan. Respon yang dilakukan Gen-Z ini adalah sebagai aktualisasi naluri mempertahan diri (baqa’) dalam menolak kezaliman dan membutuhkan solusi yang menghilangkan kezaliman.

Pemenuhan naluri baqa’ ini haruslah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Ini membutuhkan pemahaman yang lahir dari pemikiran yang menyeluruh. Sehingga ketika Gen-Z melakukan demonstrasi menuntut suatu perubahan standarnya harus sesuai sebagaimana Islam menentukan. Jadi aksi yang mereka lakukan bukan karena mereka ingin dipandang hebat dan keren, sekedar membuat konten, atau mengikuti trend. Namun aksi yang dilakukan muncul dari kesadaran dan pemahaman harus menolak kezaliman yang terjadi dengan memberikan nasihat kepada penguasa yang harus dilakukan karena ingin mengharap ridha Allah swt.

Gen-Z juga harus memahami arah perubahan yang seperti apa yang mampu memberikan penyelesaian secara tuntas terhadap semua permasalahan yang ada saat ini. Tidak hanya sekedar solusi praktis, pergantian pemimpin, membubarkan DPR, menurunkan harga-harga kebutuhan hidup, membuka lapangan pekerjaan. Namun, harus sampai pada solusi ideologis, yakni perubahan sistem hidup secara menyeluruh, dimana saat ini menggunakan sistem sekuler kapitalisme (memisahkan agama dari kehidupan). Islam harus menjadi asas baik dalam aktivitas yang dilakukan oleh individu, masyarakat maupun negara. 

Islam juga mengatur muhasabah lil hukkam (menasihati penguasa) dengan mekanisme yang sama dari sejak Rasulullah saw. Dalam QS An-Nahl: 125, Allah swt berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.

Rasulullah saw bersabda: “Pemimpin para syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya” (HR. Al-Hakim).

Rasulullah saw membawa perubahan yang menyeluruh bagi kehidupan manusia. Perubahan aqidah yang sebelumnya mereka adalah musyrik, penyembah berhala, menuju tauhid. Perubahan sistem kehidupan, yakni kehidupan jahiliyah (hukum buatan manusia) menuju hukum Allah, syariat Islam secara menyeluruh (kaffah). Kondisi masyarakat saat ini juga sedang tidak baik-baik saja. Banyaknya kerusakan moral, perilaku kriminalitas, pembunuhan, perjudian, pergaulan bebas, kesenjangan sosial, kemiskinan, dan sebagainya. 

Sejarah mencatat, pemuda sejak masa Rasulullah saw bagian garda terdepan dalam melakukan perubahan secara hakiki (taghyir). Sebutlah Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Al-Arqam bin Abi Arqam, Zaid bin Haritsah, dan masih banyak lagi generasi muda berikutnya yang bisa menjadi contoh perubahan yang membawa kebangkitan peradaban. Oleh karenanya semua generasi, termasuk Gen-Z dituntut untuk mengambil peran melakukan perubahan menuju kebangkitan umat. Membekali diri dengan Aqidah aqliyah, menggali potensi ilmu dan teknologi untuk kepentingan umat, menjadi garda terdepan dakwah dan perjuangan menegakkan Islam kaffah sebagai solusi yang hakiki.
Wallahu a’lam bissawab.
Bagikan:
KOMENTAR