Dinas Kesehatan Aceh Utara dan BLUD Puskesmas Syamtalira Bayu Selidiki Kasus Penyakit Langka Pada Anak


author photo

14 Okt 2025 - 19.52 WIB


Aceh Utara – Seorang anak bernama Siti Hawa, 43 bulan (3 tahun 7 bulan), warga Dusun Blang Dalam, Gampong Blang Patra, Kecamatan Syamtalira Bayu, kini menjadi perhatian Dinas Kesehatan Aceh Utara setelah mengalami gejala demam disertai kelemahan otot yang jarang terjadi pada anak seusianya. Selasa (14 Oktober 2025).

Siti Hawa pertama kali dibawa ke BLUD Puskesmas Syamtalira Bayu pada 15 September 2025 dengan keluhan demam. Pada saat itu, ia mengalami kejang-kejang ketika diajak duduk dan berjalan, serta kesulitan berkomunikasi seperti biasanya. Setelah menjalani perawatan awal, Siti Hawa kembali dapat berkomunikasi normal.

Meski demikian, kondisinya belum membaik sepenuhnya. Pada 23 September 2025, Siti Hawa kembali dirawat inap selama dua hari di Puskesmas yang sama dengan diagnosis “other disorders of muscle” atau gangguan otot.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut, pada 1 Oktober 2025 Siti Hawa dirujuk ke RS TNI-AD TK IV IM 07.01 Lhokseumawe. Hasil laboratorium yang ditandatangani oleh dr. Zubir, M.Biomed., Sp.Pk, menunjukkan adanya indikasi kelainan darah ringan dan ketidakseimbangan elektrolit. Kondisi ini membuat Siti Hawa masih memerlukan pemantauan intensif oleh dokter spesialis anak.

Plt Kepala BLUD Puskesmas Syamtalira Bayu, Anita, S.Keb., menjelaskan bahwa gejala demam merupakan reaksi tubuh terhadap infeksi atau gangguan pada sistem saraf dan otot. “Meski penyebab pastinya belum dapat dipastikan, kami sudah menugaskan tim epidemiologi untuk melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Hal ini penting karena penyakit tersebut berpotensi terkait dengan kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP), kelumpuhan mendadak yang dapat disebabkan oleh virus polio maupun non-polio,” jelas Anita.

Tim epidemiologi yang ditugaskan terdiri dari Nurma, SKM., MKM (Epidemiologi Kesehatan Ahli Madya), Irawani, SKM (Administrator Kesehatan Ahli Muda), dan Saiful Bahri, AMK (Pengelola Pengamatan Penyakit & Imunisasi). Nurma menegaskan, “Kami sedang melakukan investigasi menyeluruh untuk memastikan apakah kasus ini terkait virus polio atau gangguan otot non-polio. Tim epidemiologi juga memantau kondisi pasien dan lingkungan sekitarnya secara ketat. Saat ini, belum ada indikasi gejala serupa pada anak-anak lain, tetapi kewaspadaan tetap dijaga.”

Anita, S, Keb, menambahkan, jika penyebabnya adalah virus polio, penularan dapat terjadi melalui air atau feses yang terkontaminasi. Namun, jika hasil laboratorium menunjukkan penyebab non-polio, penularan antar manusia tidak terjadi.

Dalam kesempatan itu, Plt Kepala Puskesmas juga mengimbau masyarakat agar lebih peka terhadap tanda-tanda awal penyakit. Warga dihimbau menjaga kebersihan lingkungan, rutin mencuci tangan dengan sabun, dan memastikan anak-anak menerima imunisasi polio lengkap.

“Kami harap masyarakat lebih cepat tanggap bila ada anak yang mengalami demam disertai kelemahan tubuh. Segera bawa ke fasilitas kesehatan agar dapat ditangani sejak dini,” tegas Anita.

Dinas Kesehatan Aceh Utara menegaskan bahwa seluruh hasil pemeriksaan lanjutan, termasuk analisis laboratorium dan temuan penyelidikan epidemiologi, akan diumumkan setelah proses evaluasi selesai. Tim juga akan terus memantau kondisi anak-anak di sekitar Siti Hawa untuk memastikan tidak ada kasus serupa yang muncul.

Kasus ini menjadi perhatian penting bagi pihak berwenang karena penyakit dengan gejala serupa dapat berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak segera ditangani. Dinas Kesehatan Aceh Utara memastikan koordinasi intensif antara Puskesmas, rumah sakit rujukan, dan tim epidemiologi terus dilakukan demi kesehatan anak-anak di wilayah tersebut.(M)
Bagikan:
KOMENTAR