Sejumlah mahasiswa asal Aceh yang tergabung dalam Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN) serentak mengibarkan kain putih hari rabu 24/12/2025 di lima asrama yaitu: Wisma Tanah Rencong, asrama Sabena, asrama Meuligoe Iskandar muda, asrama Meurapi dan asrama tanah rencong. Ke lima asrama tersebut tersebar di tiga wilayah presidium, yakni Padang, Surabaya, dan Yogyakarta. Aksi ini bukan bentuk menyerah, melainkan seruan kritis dan darurat kemanusiaan terhadap kondisi Aceh yang memprihatinkan pasca banjir dan longsor.
Menurut KMPAN, bencana yang terjadi tidak hanya merusak rumah dan fasilitas publik, tetapi juga melumpuhkan perekonomian masyarakat, sehingga banyak warga menghadapi kelaparan dan kesulitan hidup setelah bencana. Banyak warga bukan mati karena bencana, tetapi karena kelaparan akibat minimnya respons pemerintah, yang belum menetapkan bencana nasional di Aceh. tegas Bimas, Sekretaris Jenderal KMPAN.
Mahasiswa Aceh yang tergabung dalam KMPAN menilai bahwa pemerintah pusat telah lamban dan kurang responsif. Hingga kini, status bencana nasional belum ditetapkan, sehingga distribusi bantuan masih terhambat dan masyarakat yang selamat dari bencana terpaksa bertahan dalam kondisi kritis.
“Kami menegaskan: bendera putih ini adalah panggilan darurat bagi pemerintah. Penetapan status bencana nasional bukan sekadar formalitas, tapi satu-satunya jalan agar bantuan skala besar bisa cepat dan efektif, menyelamatkan rakyat dari kelaparan dan kehancuran ekonomi,” pungkas Bimas.
KMPAN menyerukan agar semua pihak terkait, termasuk pemerintah pusat dan lembaga kemanusiaan, mengakhiri keterlambanan dan segera bertindak nyata. Aksi mahasiswa ini sekaligus menjadi seruan publik agar krisis kemanusiaan Aceh tidak lagi diabaikan.