Memahami Jati Diri dan Perjuangan Hakiki


author photo

30 Des 2025 - 18.06 WIB




Di penghujung tahun 2025, sudah seharusnya menjadi momen untuk bermuhasabah. Tahun berganti, apakah sebagai hamba Allah, kualitas iman dan takwa kita semakin meningkat? Atau jangan-jangan kita masih kebingungan terhadap jati diri yang kita miliki? Kemana hidup dan perjuangan di dalamnya akan kita bawa? 

Tidak dipungkiri banyaknya pengaruh dari barat yang menyerang pemikiran kaum muslimin, telah memalingkan kita dari pencarian jati diri yang shahih. Predikat sebagai hamba Allah tidak dijalankan dengan sebaik-baiknya karena godaan dunia yang luar biasa dari segala arah. Gaya hidup bebas menjadi hal yang wajar, umbar aurat, melalaikan shalat, perzinahan, LGBT, riba, korupsi triliunan, pengrusakan lingkungan, hingga pembunuhan menjadi fenomena sehari-hari yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin. Tujuan hidup tidak lagi berorientasi pada akhirat, tapi pemenuhan hawa nafsu yang semakin hari semakin membawa pada murka Allah. 

Padahal, Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang benar berkali-kali mengingatkan tentang hakikat kehadiran kita di dunia, mengarahkan jati diri dan tujuan hidup yang shahih. 

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah.”
(QS. Al-An’am: 162)

Ayat di atas menegaskan bahwa kita semua adalah hamba Allah, yang diciptakan semata-mata untuk tunduk dan patuh kepada seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya. Lebih dari itu, Islam mengajarkan untuk tidak memikirkan kebaikan bagi diri sendiri saja, Islam memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu, memimpin dan mengatur bumi dan seisinya dengan cara yang diridhoiNya. 

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.”
(QS. Al-Baqarah: 30)

"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa (sebagai Khalifah) di bumi.... "
(QS. An-Nūr : 55) 

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”
(QS. Ali ‘Imran: 110)

Ayat-ayat di atas menunjukkan hakikat eksistensi seorang muslim di dunia ini. Ada amanah besar yang harus kita pikul agar tercipta rahmat bagi seluruh alam.
Sudah sepatutnya perjuangan kaum muslimin diarahkan untuk kebangkitan Islam, bukan hanya sekedar mengejar prestasi duniawi yang kelak pasti ditinggalkan. Saat hukum-hukum Allah diterapkan secara menyeluruh, saat itulah kaum muslimin bangkit dan terwujudlah masyarakat yang adil, mulia dan beradab.

Saat seorang muslim sudah memahami jati diri dan arah perjuangan yang hakiki, hidup akan terasa lebih bermakna dan bermanfaat. Sah-sah saja bagi kita untuk menggapai cita-cita duniawi setinggi mungkin, hanya saja jangan sampai hal tersebut memalingkan kita dari perjuangan utama yang telah Allah gariskan. Jangan lagi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan setiap keinginan kita, karena kelak setiap perbuatan akan dihisab.

Jadilah muslim sejati yang takwa, yang pengorbanan dan perjuangannya dalam hidup diarahkan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Di mulai dari belajar Islam, semakin mengenal Allah, dan mempelajari syari'atNya yang kaffah, hingga lahirlah pejuang Islam yang disebutkan dalam QS. An-Nisa ayat 95

“Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk (tidak ikut berjuang)… dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka.”

Wallahu a'lam bishawab

#DuaGenerasiSatuAmanah
#GenerasiPenerusRisalahIslam
#GenerasiPeloporPerubahan 

Bogor, 28 Desember 2025
Restu Adelia
Bagikan:
KOMENTAR