Perempuan Berkarya sebagai Ibu Generasi untuk Perjuangan Peradaban Islam


author photo

25 Des 2025 - 18.35 WIB



Oleh : Nor Hamidah (Pemerhati Sosial)

Program tanggung jawab sosial dan lingkungan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui Rumah Berdaya KPI berhasil mendorong puluhan perempuan, termasuk ibu rumah tangga (IRT), menjadi pelaku usaha ramah lingkungan berbasis ekonomi sirkular.

Sejak diluncurkan pada 2023, program ini telah memberikan dampak nyata bagi 84 perempuan dan komunitas sekitarnya melalui pelatihan menjahit serta pengelolaan limbah tekstil dan plastik. 

Pjs corporate secretary KPI, Milla Suciyani, mengatakan rumah berdaya KPI dirancang bukan sekedar sebagai tempat pelatihan, tetapi sebagai ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan.

 *Merampas Hak Perempuan* 

Upaya memberdayakan perempuan dengan berbagai program untuk kesejahteraan hanyalah mantra yang membius agar perempuan mau diberdayakan atau dieksploitasi. Progam rumah berdaya yang membuat perempuan bisa berkarya dan berdaya sebenernya hanya menguntungkan para kapital pemilik modal. Perempuan jadi produsen/ buruh dengan upah murah tentu ini yang diharapkan modal sekecil-kecilnya 

Peradaban sekuler kapitalistik pada akhirnya terbentuk menjadi sosok yang memposisikan perempuan sebagai rival hingga kehilangan penghormatan dan penghargaan terhadap sosok perempuan. Peran laki-laki pun yang harusnya menjadi tulang punggung bagi keluarganya malah menjadi beban keluarga.

Perempuan yang bekerja akan meninggalkan kewajibannya di rumah sehingga menjadikan anaknya tidak terdidik dengan baik. Waktu berharga bersama anak-anak mereka dengan keyakinan bahwa ini akan meningkatkan status mereka, semua ini tidak terealisasi meski hanya di aspek ekonomi.

Kontribusi perusahaan dorong perempuan berdaya tidak akan buat sejahtera, justru di sana perempuan disogok agar tidak kritis akan dampak sosial dan lingkungan dari perusahaan tersebut. Keuntungan cuan yang dijanjikan perusahaan kepada perempuan berkarya tidak seberapa dengan kerugian didapat.

Upaya memberdayakan perempuan ini tidak ada artinya selain kebohongan kapitalis dan feminis yang telah menipu kaum perempuan. Pada akhirnya membuat kaum perempuan kehilangan peran keibuan, merampok hak-hak anak mereka dan berdampak biaya yang besar pada kesejahteraan perempuan dan masyarakat.

 *Solusi dalam Islam* 

Perempuan mulia dalam Islam, kedudukan perempuan sebagai istri dan ibu. Perempuan dalam Islam tidak diwajibkan bekerja. Andai dia berdaya maka demi memanfaatkan keilmuan dan keahliannya.

Bekerja bagi seorang perempuan betul-betul hanya sekedar pilihan bukan tuntutan ekonomi ataupun sosial. Jika dia menghendaki boleh melakukannya, jika tidak menghendaki dia pun boleh untuk tidak melakukannya.

Islam menjamin kebutuhan pokok perempuan dengan mekanisme kewajiban nafkah ada pada suami atau ayah mereka, saudara laki-laki apabila tidak ada suami, apabila mereka tidak memiliki siapapun maka yang berkewajiban menafkahi adalah negara.

Rasulullah bersabda, dari Abu Hurairah berkata:
"Siapa saja yang meninggalkan Kalla (orang yang lemah, tidak mempunyai anak dan orang tua), maka dia menjadi kewajiban kami." ( HR. Muslim).

Negara Islam akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi para laki-laki sehingga menghilangkan pengangguran massal. Selanjutnya memberikan layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan gratis.

Demikian dalam Islam tidak akan ada perempuan terpaksa bekerja mencari nafkah dan mengabaikan kewajibannya sebagai istri dan ibu. Ibu akan fokus melahirkan generasi emas penerus risalah Islam. Dua generasi (ibu dan anak) satu amanah dalam menapaki peradaban mulia, yakni Islam.
 Wallahu a'lam bi ash-shawwab
Bagikan:
KOMENTAR