Di tengah derasnya arus globalisasi dan penetrasi nilai-nilai kapitalistik ke dalam sendi-sendi kehidupan, generasi muda Muslim menghadapi tantangan yang kian kompleks. Fenomena bullying, meningkatnya kasus gangguan kesehatan mental, tumbuhnya sikap narsistik berlebihan (NPD), hingga perilaku kriminal seperti pembunuhan, menjadi cermin kegelisahan yang tidak lagi tersembunyi di balik layar kehidupan modern. Data sosial dan pemberitaan harian memperlihatkan betapa rapuhnya kondisi kejiwaan sebagian anak muda, seolah kehilangan arah dan makna hidup.
Di balik seluruh gejala ini, terdapat akar persoalan yang lebih mendasar: cara pandang hidup (worldview) yang dibangun di atas ideologi kapitalisme. Ideologi ini menempatkan kebebasan individu sebagai nilai tertinggi tanpa bingkai moral yang kokoh, mengajarkan bahwa kesuksesan adalah kepemilikan materi, dan bahwa kebahagiaan dapat dibeli dengan konsumsi tanpa batas. Tidak mengherankan jika generasi yang tumbuh dalam sistem seperti ini menjadi mudah rapuh, kehilangan jati diri, dan rentan terhadap krisis eksistensial.
Di sinilah urgensi kembali kepada Ideologi Islam sebagai pondasi peradaban dan penyelamat generasi. Islam tidak hanya berbicara tentang ritual ibadah, tetapi hadir sebagai sistem hidup yang menyeluruh (kaffah), yang membina manusia dari aspek keyakinan, pemikiran, akhlak, hingga tatanan masyarakat. Ideologi Islam menyediakan pijakan kokoh untuk membangun generasi yang beriman, berakhlak mulia, cerdas, dan memiliki orientasi hidup yang jelas sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
Mengapa Generasi Kita Rapuh?
1. Dominasi Ideologi Kapitalisme dalam Pendidikan dan Budaya
Kapitalisme mencetak manusia untuk mengejar kesenangan instan dan prestasi material semata. Sistem pendidikan pun diarahkan menjadi pabrik pencetak tenaga kerja, bukan tempat pembentukan kepribadian yang utuh. Ketika standar kebahagiaan direduksi menjadi jumlah followers, gadget terbaru, dan validasi sosial, banyak pemuda merasa gagal sebelum mereka betul-betul memulai hidup.
2. Krisis Identitas di Era Serba Bebas
Kebebasan tanpa batas—yang diagungkan oleh kapitalisme—menjadikan anak muda bingung menentukan arah. Mereka disuruh “menjadi diri sendiri” tanpa pernah diberi tahu siapa sebenarnya diri itu menurut fitrah dan Penciptanya. Ruang kosong ini kemudian diisi oleh budaya pop, tren media sosial, dan pergaulan tanpa rambu, yang seringkali menjauhkan mereka dari nilai-nilai Islam.
3. Minimnya Keteladanan dan Lingkungan yang Membina
Ketika keluarga, sekolah, dan masyarakat tidak menjadi ekosistem pembina, pemuda akhirnya bertumbuh melalui algoritma media sosial yang menyuguhkan konten-konten dangkal, hedonistik, bahkan destruktif. Ketika pemikiran Islam tidak ditanamkan secara benar, maka ideologi asing mudah menguasai.
4. Hilangnya Peradaban Pelindung
Dalam sejarah Islam, generasi muda terlindungi oleh tatanan masyarakat yang menerapkan syariat secara menyeluruh. Negara berperan sebagai penjaga moral publik, penjamin pendidikan, dan penegak keadilan. Ketika peradaban pelindung ini hilang, individu dipaksa berjuang sendiri menghadapi gelombang globalisasi yang sangat kuat.
Islam sebagai Ideologi: Fondasi untuk Menyelamatkan Generasi
Islam sebagai agama dan sistem hidup memberikan solusi komprehensif terhadap seluruh problematika generasi. Islam bukan sekadar kumpulan nilai spiritual, tetapi sebuah ideologi lengkap yang mencakup:
Aqidah sebagai pondasi berpikir dan menilai segala hal.
Syariah sebagai aturan hidup yang mengatur akhlak individu, interaksi sosial, ekonomi, politik, hingga hubungan internasional.
Khilafah sebagai institusi politik dalam sejarah yang mengimplementasikan syariah secara menyeluruh dan menjadi pelindung umat.
Solusi Islam bagi generasi muda mencakup beberapa hal mendasar:
1. Menanamkan Aqidah yang Benar
Aqidah Islam membentuk manusia yang: sadar tujuan hidupnya, memiliki standar benar dan salah yang kokoh, tidak mudah goyah oleh tekanan sosial, memaknai hidup sebagai pengabdian kepada Allah.
Pemuda yang memahami siapa dirinya dan untuk apa ia diciptakan, tidak akan mudah terseret krisis identitas atau perilaku merusak.
2. Membina Kepribadian Islam
Kepribadian Islam terbangun dari pola pikir Islam (aqliyah Islamiyah) dan pola jiwa Islam (nafsiyah Islamiyah). Pemuda yang dibina secara ideologis akan menuntun berpikir sesuai wahyu, bukan hawa nafsu, bersikap berdasarkan hukum syara', menjadikan akhlak mulia sebagai karakter permanen.
Inilah pondasi untuk mengatasi bullying, NPD, dan perilaku menyimpang lainnya.
3. Menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai Teladan Perjuangan
Generasi muda membutuhkan role model yang benar. Rasulullah ﷺ telah menunjukkan bagaimana pemuda seharusnya cerdas mengkaji realitas, berani menyampaikan kebenaran, sabar dalam berjuang, santun dalam berinteraksi, kuat secara spiritual, intelektual, dan moral.
Sejarah membuktikan bahwa banyak sahabat yang masih sangat muda tetapi menjadi pemimpin dunia (Usamah bin Zaid, Ali bin Abi Thalib, Mus’ab bin Umair, dan lainnya). Mereka menjadi hebat karena dituntun oleh ideologi yang benar.
4. Menguatkan Komunitas dan Kelompok Dakwah Ideologis
Pemuda tidak bisa dibina secara individual semata. Diperlukan kelompok dakwah ideologis yang mengajarkan Islam secara komprehensif, membina pola pikir dan pola sikap, mengarahkan pemuda pada perjuangan yang benar, membangun kepekaan terhadap kondisi umat.
Kelompok dakwah ideologis menjadi ekosistem sehat di tengah hiruk pikuk dunia modern yang merusak.
5. Menuju Penerapan Islam secara Kaffah
Pembinaan yang dilakukan secara individu dan kelompok belum sempurna tanpa hadirnya tatanan masyarakat yang mendukung. Karena itu, umat membutuhkan sistem hidup yang benar-benar menerapkan syariat secara menyeluruh.
Dalam khazanah Islam, penerapan syariat ini pernah diwujudkan melalui institusi politik bernama khilafah—sebuah negara yang pada masa lalu pernah membina generasi dengan kurikulum Islam, menyediakan pendidikan gratis, melindungi martabat manusia, menegakkan hukum dengan adil, memastikan kebutuhan dasar setiap rakyat terpenuhi.
Gagasan tentang penerapan Islam secara kaffah bukanlah romantisme sejarah, tetapi kebutuhan logis untuk mengembalikan peradaban yang menjaga manusia dari kerusakan sistemik.
Peran Pemuda Muslim: Meniti Jejak Perjuangan Rasulullah ﷺ
Jika generasi muda ingin keluar dari krisis identitas dan keterpurukan moral, mereka perlu kembali meniti jalan yang pernah ditempuh Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Jalan itu mencakup:
1. Mengkaji Islam Secara Serius
Bukan hanya ritual, tetapi ideologi dan sistem hidupnya. Mengkaji bagaimana Islam mengatur ekonomi, budaya, pergaulan, hingga politik.
2. Bergabung dalam Pembinaan yang Benar
Mengikuti halaqah, komunitas, dan kelompok dakwah yang membina berdasarkan Islam kaffah, bukan sekadar motivasi atau aktivitas seremonial.
3. Menjadi Pelopor Kebaikan di Tengah Masyarakat
Pemuda harus tampil sebagai agen perubahan melawan budaya hedonisme, menantang narasi kapitalistik, menunjukkan akhlak mulia, mengajak teman sebaya kepada kebaikan.
4. Berjuang untuk Menegakkan Nilai-Nilai Islam
Bukan dengan kekerasan atau tindakan ekstrem, tetapi dengan dakwah intelektual dan politik yang damai, mengikuti manhaj Rasulullah ﷺ dalam membangun masyarakat Islami.
Alhasil, menyelamatkan generasi bukan tugas ringan, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil. Tantangan yang dihadapi pemuda saat ini adalah hasil dari sistem yang salah arah, yang menanamkan nilai-nilai individualistik dan materialistik. Untuk meluruskan kembali arah ini, tidak cukup hanya dengan nasihat moral atau penanganan kasus demi kasus. Diperlukan perubahan yang lebih mendasar, yaitu kembali kepada Ideologi Islam sebagai pondasi pembentukan pribadi dan masyarakat.
Dengan aqidah yang kokoh, pembinaan kepribadian Islam, keteladanan Rasulullah ﷺ, komunitas dakwah ideologis yang aktif, serta upaya mewujudkan tatanan masyarakat yang berlandaskan syariat, generasi muda Muslim dapat bangkit menjadi pelita peradaban. Inilah perjuangan besar yang membutuhkan kontribusi semua pihak: keluarga, pendidik, ulama, tokoh masyarakat, dan terutama para pemuda itu sendiri.
Generasi yang kuat akan lahir dari ideologi yang benar. Dan ideologi itu, dalam pandangan Islam, hanyalah Islam itu sendiri.
Wallahu'alam.