Perempuan dalam cengkraman kapitalis


author photo

24 Des 2025 - 22.21 WIB



Oleh:saridah(aktivis muslimah)

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Program tanggung jawab sosial dan lingkungan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui Rumah Berdaya KPI berhasil mendorong puluhan perempuan, termasuk ibu rumah tangga (IRT), menjadi pelaku usaha ramah lingkungan berbasis ekonomi sirkular.

Sejak diluncurkan pada 2023, program ini telah memberikan dampak nyata bagi 84 perempuan dan komunitas sekitarnya melalui pelatihan menjahit serta pengelolaan limbah tekstil dan plastik.

Pjs Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani, mengatakan Rumah Berdaya KPI dirancang bukan sekadar sebagai tempat pelatihan, tetapi sebagai ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan.

Berbagai problematika perempuan yang terjadi saat ini, terlebih saat pandemi, menjadi topik yang banyak diperbincangkan, di antaranya yang paling dominan adalah masalah kemiskinan perempuan yang dianggap sebagai penyebab sulitnya perempuan untuk meraih kesejahteraan. Upaya untuk mengentaskan kemiskinan perempuan dilakukan dengan jalan pemberdayaan ekonomi perempuan dengan mewujudkan kemandirian perempuan. Hal ini dilakukan tidak lain adalah agar para perempuan tidak tergantung kepada suami bahkan bisa berkontribusi dalam mendukung kesuksesan keluarga. Oleh karenanya, tawaran yang menggiurkan serta dorongan agar perempuan memperoleh penghasilan kian diminati mereka.

Mengapa Kemandirian Perempuan? 

Aspek pemberdayaan perempuan dalam kegiatan ekonomi memang amat krusial. Sebab, hal itu dapat menjadi pintu masuk menuju kemandirian guna meningkatkan posisi tawar perempuan dalam pengambilan keputusan. Kemandirian perempuan dalam aspek ekonomi perlu dipacu karena tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih cukup rendah dan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan laki-laki. Dalam lima tahun terakhir, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sekitar 50-55 persen, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki berkisar 75-80 persen. Bahkan, mayoritas perempuan bekerja di sektor informal, khususnya perdagangan dan jasa. Jika partisipasi perempuan dalam angkatan kerja bisa ditingkatkan, hal itu akan memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB).  
 
Bisa kita saksikan bahwa upaya memandirikan perempuan saat ini didominasi oleh paradigma kapitalisme yang menyandarkan segala sesuatunya melalui pencapaian materi. Peluang dan produktivitas yang dimiliki perempuan apabila tidak diberdayakan adalah ‘mubazir’. Pemerintah pun memberikan perhatian yang sangat besar dalam mendukung program pemberdayaan ekonomi dan kemandirian perempuan. Hal ini sangat wajar mengingat keberhasilan yang dicita-citakan dari program ini akan memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan tingkat perekonomian negara. Sehingga, pada akhirnya perempuan yang tidak produktif secara materi dipandang rendah dan membuat mereka mendobrak ‘tradisi’ ini (baca : ibu rumah tangga).

Akar Masalah Kemiskinan Perempuan 

Benarkah kemiskinan hanya dialami kaum perempuan? Faktanya, tidak. Banyak pria yang juga mengalami kemiskinan dan pemiskinan, terlebih saat pandemi ini. Kondisi ini mampu melumpuhkan ekonomi keluarga dan berujung kepada lemahnya ketahanan keluarga. Menyimpulkan kemiskinan perempuan itu disebabkan tidak diberdayakannya perempuan adalah sebuah kekeliruan fatal. Bahkan, akan memicu munculnya permasalahan lain yang lebih kompleks.

Kemiskinan yang menimpa negeri ini diakibatkan adanya kebijakan ekonomi pasar bebas yang lahir dari rahim ekonomi kapitalisme. Kebijakan ini memaksa negara berkembang bersaing (secara tidak fair) dengan negara maju, salah satunya melalui program kemandirian perempuan. Program ini didukung secara massif oleh para pejuang kesetaraan gender mulai ranah grassroot hingga puncak kekuasaan legislasi. Realisasi program dan kebijakan tersebut akan memaksa para perempuan untuk beraktivitas ganda, selain sebagai seorang ibu dan istri, pun harus berfikir bagaimana menghasilkan pundi-pundi mata uang. Tak sedikit perempuan yang mengalami tingkat stress yang tinggi dan kelelahan yang berat demi mengejar materi. Solusi inikah yang dikehendaki? Kesuksesan yang fana, melahirkan generasi rapuh akibat hilangnya masa penanaman fondasi hidup dari sang bunda. Inilah profiling perempuan masa kini, menurut versi mereka. 

/ Jaminan Pemenuhan Hak Perempuan dalam Islam /

Syariat Islam menempatkan perempuan dan pria sebagai satu bagian yang utuh di dalam masyarakat. Keberadaan mereka akan melengkapi satu dengan lainnya dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan fitrah masing-masing. Keduanya memiliki hak hidup dan jaminan kesejahteraan hidup.  

Kesejahteraan hidup merupakan hal yang erat kaitannya dengan iman dan ketundukkan kepada syariat Islam. Kesejahteraan tidak selalu diidentikkan dengan materi (fisik) namun juga nonfisik. Syariat Islam menetapkan suami sebagai penanggung jawab istri dan anak-anak mereka, sementara perempuan ditetapkan sebagai ummun wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah suaminya). Pembagian tugas di antara mereka bukan untuk merendahkan satu dengan yang lainnya, namun semata-mata karena ketundukkan mereka terhadap aturan al-Khaliq al-Mudabbir. Ketika keduanya melaksanakan secara sungguh-sungguh, maka kebahagiaan di antara mereka, terpenuhinya hak-hak anak-anak mereka secara maksimal akan terwujud.

Upaya mewujudkan kesejahteraan baik bagi perempuan maupun pria inipun tidak terlepas dari tanggung jawab negara. Negara yang menerapkan syariat Islam pastilah akan memahami batasan-batasan apa saja yang sesuai dengan taklif syariat bagi perempuan dan pria dalam mengatur relasi di antara mereka. Terutama dalam masalah lapangan pekerjaan dan pelaksanaan hukum syara. Dan pastinya seluruh aturan negara akan mendukung dan menguatkan peran asal (utama) mereka di dalam keluarga.

Negara yang menerapkan syariat Islam secara kaaffah tidak akan membiarkan didikte oleh kebijakan asing sebagaimana terjadi saat ini. Negara Islam adalah negara yang hanya akan tunduk kepada aturan Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ demi meraih keberkahan yang dijanjikan-Nya. Allah ﷻ berfirman di dalam QS. al-A’raaf [7] : 96,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Demikian jaminan Islam dalam memenuhi hak perempuan dan kesejahteraan mereka yang tidak bisa dilepaskan dari kesejahteraan secara umum. Saatnya membuang solusi batil yang lahir dari ideologi kapitalisme yang mengatanamakan kemandirian perempuan. Allahu a'lam bishawab.
Bagikan:
KOMENTAR