Remaja Takut Nikah, Imbas Ekonomi Kapitalisme


author photo

9 Des 2025 - 06.35 WIB




Unggahan viral di media sosial Thread pada akhir Oktober lalu sempat mencuri perhatian. Unggahan yang disukai oleh lebih dari 12.500 orang tersebut membahas kondisi remaja saat ini yang lebih takut miskin dibanding takut tidak menikah. Banyak akun media sosial yang kemudian menayangkan ulang unggahan tersebut. (Kompas.com, 22/11/2025)

Melihat respon pengguna medsos yang mayoritas remaja tersebut, setidaknya dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung mereka setuju dengan konten unggahan tersebut. Banyak remaja yang takut menikah karena merasa belum siap secara ekonomi. Membiayai kebutuhan sendiri saja sulit apalagi harus menanggung beban rumah tangga. Ketidakpastian pekerjaan, maraknya pengangguran, beriringan dengan kebutuhan pokok yang terus melambung semakin menguatkan alasan menunda pernikahan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia didominasi oleh remaja usia 15-24 tahun yakni sebesar 16,89 persen. Sementara upah yang diterima pekerja hanya Rp 2,6 juta per bulan. (Tempo.co, 05/11/2025) 

Di samping itu, massifnya media sosial dalam mengaruskan propaganda marriage is scary telah memberi pengaruh pada cara berpikir generasi muda dalam memandang pernikahan sebagai sesuatu yang menakutkan. Bayang-bayang konflik emosional hingga KDRT dan perceraian, ditambah lemah secara finansial memperparah ketakutan untuk menjalani pernikahan. Sehingga mereka lebih memilih untuk mengejar karir, karena beranggapan mapan sebelum pernikahan akan membuat hidup mereka aman.

Sesungguhnya apa yang dirasakan oleh remaja saat ini tidak lepas dari paradigma berfikir yang keliru yang bersumber dari sistem kapitalisme. Dalam sistem ini diajarkan konsep nilai hidup yang berorientasi pada materi. Gaya hidup hedonisme serta budaya flexing yang dipertontonkan di media sosial dianggap hal biasa sehingga ketika seseorang tidak mampu mengimbangi atau mencapainya maka tidak disebut sebagai orang yang mapan secara finansial. Alhasil banyak generasi muda yang depresi menghadapi kehidupan, stress ketika menjalani pernikahan saat ekonomi kekurangan. Mereka kehilangan arah dan pegangan. Sungguh kondisi yang membahayakan.

Oleh karena itu, perlu difahamkan kepada masyarakat khususnya generasi muda bahwa mereka adalah tonggak peradaban cemerlang. Di tangan merekalah terletak harapan perubahan.Tak layak umat ini berharap pada sistem kapitalisme sekuler yang menyengsarakan. Untuk itu, sistem Islam telah memberikan solusi atas setiap persoalan manusia. Khilafah sebagai institusi politik Islam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat secara menyeluruh berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya.

Melalui mekanisme pengelolaan dan distribusi kekayaan alam yang merupakan milik umum, maka seorang pemimpin Islam, yakni khalifah memastikan seluruh rakyatnya diurus dengan baik dan benar sesuai syariat. Sistem pendidikan diperbaiki berlandaskan akidah Islam sehingga setiap generasi memiliki pola pikir dan pola sikap Islam yang menuntut ilmu demi mencari ridha Allah, bukan untuk mendapatkan keuntungan materi semata. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapatkan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga memberikan kemaslahatan bagi umat. Sementara itu khalifah juga menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi setiap warga negaranya demi memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan terhormat, tak terkecuali bagi para remaja yang sudah siap menikah namun terkendala biaya agar tidak jatuh ke dalam zina. 

Untuk mewujudkan semua itu, tidak ada cara lain selain memberikan penyadaran kepada umat bahwa hidup itu untuk ibadah termasuk bekerja dan menikah. Tak perlu takut dengan konsep rizki yang sudah Allah tetapkan untuk setiap hambaNYA. Seruan ini perlu secara massif dilakukan oleh setiap individu, berdakwah memahamkan umat tentang hakikat hidup, beramar ma'ruf nahi munkar agar keberkahan senantiasa menyertai, bukan hanya level individu melainkan juga manusia secara keseluruhan. Hidup dalam sistem Islam adalah sebuah keniscayaan, karena jaminannya langsung dari Sang Pencipta manusia yakni Allah SWT.
Bagikan:
KOMENTAR