Meraih Barokah Ramadhan di Hari Kemenangan


author photo

17 Apr 2024 - 19.14 WIB


Oleh: Syahida Adha (Aktivis Muslimah)

Tidak lama lagi, Ramadhan berakhir dan kaum muslimin akan memasuki bulan Syawal, di mana 1 Syawal merupakan Hari Raya Iedul Fitri. Setelah sebulan lamanya berpuasa, tibalah mereka merayakan hari kemenangan. 
         
Selanjutnya penentuan hari raya sendiri ada kemungkinan berbeda dari berbagai sudut dunia. Adapun rukyat hilal global dilaksanakan untuk menentukan tanggal 1 syawal untuk muslim di seluruh dunia. Sedangkan beberapa Negara melakukan rukyat hilal nasional dilaksanakan untuk menentukan tanggal 1 Syawal bagi negara masing-masing. 
         
Meskipun demikian, hal ini bukan menjadi halangan bagi ummat muslim melakukan silaturahim kepada hsanak saudara. Juga tidak menjadi halangan untuk bisa saling mengunjungi antar tetangga di Hari Raya. 
Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ
“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah…” (Q.S. Al Baqarah: 185)
         
Bulan Ramadhan menjadi ajang membaca, mempelajari dan menerapkan isi Al-Qur’an.  Sebulan lamanya kaum muslim membentuk kebiasaan positif dengan harapan menjadi lebih mudah dalam menjalankan amal ibadah setelah bulan Ramadhan. Sehingga mampu membentuk kepribadian muslim yang bertakwa kepada Allah Swt.

Sangat disayangkan banyak dari kaum muslim yang meninggalkan ibadah mahdhoh dan amal sholih yang dilakukan di bulan Ramadhan. Bahkan tidak sedikit orang kembali bermaksiat setelah bulan Ramadhan. 

Adapun beberapa amalan yang ditinggalkan setelah bulan suci Ramadhan, yakni pertama ibadah sholat malam, jama’ah shalat tarawih sangat ramai, bahkan jama’ah sholat tahajjud pun cukup banyak. Selepas bulan Ramadhan Sangat jarang kaum muslimin melaksanakan sholat tahajjud baik berjama’ah ataupun munfarid; 
Kedua, membaca Al-Qur’an, banyak dari kaum muslimin berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu satu bulan, namun di bulan-bulan berikutnya meninggalkan Al-Qur’an dan jarang membacanya; Ketiga bersedekah, banyak dari kaum agniya rutin memberikan bantuan kepada anak yatim dan pembangunan masjid, namun di bulan-bulan berikutnya para dermawan berkurang secara drastis sehingga banyak pembangunan masjid yang mangkrak menunggu Ramadhan tahun berikutnya; 
Keempat mengikuti kajian Islam,  saat bulan suci Ramadhan banyak kajian Islam dibuka dan mengundang ustadz-ustadzah  lokal, nasional, bahkan internasional. Setelah ramadhan, para da’i kembali kesulitan mencari lading dakwah untuk mengedukasi ummat dengan Islam. Bahkan program kajian Islam menjadi program tahunan semata begi beberapa lembaga, sangat disayangkan tidak dijadikan sebagai program rutin bulanan atau pekanan. Sehingga tujuan pembentukkan kepribadian Islam tidak tercapai, sebab tidak dilakukan secara continue. 

Pembentukan kebiasaan sejatinya membutuhkan waktu paling sedikit tiga bulan (sumber: how to master your habits by felix siauw). Di mana dalam tahapannya terdapat tiga fase, pertama mencoba dan berlatih; kedua mengulang dan ketiga terbentuk kebiasaan. 

Sejatinya fase yang tersulit adalah memulai/ mencoba. Di mana mencoba dan berlatih dalam beribadah sudah dilakukan pada saat bulan Ramadhan. Adapun pengulangan juga sudah berlangsung selama sebulan. Yakni kaum muslim melakukan ibadah berulang-ulang bahkan secara berjama’ah. Pasca bulan Ramadhan kaum muslimin tinggal melanjutkan kembali kebiasaan positif yang sedang dibentuk. Yaitu kebiasaan memenangkan diri dari hawa nafsu serta senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan. 

Adapun kebiasaan/ habits yang telah tertanam dalam diri individu akan menjadi suatu aktivitass yang sangat sulit untuk ditinggalkan. Bahkan menjadi aktivitas yang mencirikan orang tersebut. Alangkah sangat beruntung seorang muslim yang tidak meniggalkan ibadahnya di bulan Ramadhan dan mempertahankan keimanannya dengan optimal. Sehingga di Ramadhan berikutnya memiliki kesempatan membentuk kepribadian Islam yang jauh lebih kuat dari ramadhan tahun ini. Wallahu A’lam Bissawwab[].
Bagikan:
KOMENTAR