Oleh: Riya Septi Habibah, S.M
Profesi guru begitu mulia, hingga mereka disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Dari dahulu guru menjadi salah satu bentuk pilar kemajuan bangsa. Guru membentuk generasi yang cerdas sehingga menghasilkan generasi dan peradaban maju. Tak hanya ilmu, guru juga menjadi teladan tentang adab, etika dan akhlak. Dari hal ini, manusia tahu tentang moral dan mengerti tentang baik buruk dalam kehidupan. Jasa guru begitu besar, maka penting untuk menghormati dan melindungi peran guru di tengah masyarakat.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Penajam Paser Utara (PPU), meyatakan dukungannya terhadap perlindungan profesi guru. Menurutnya, aturan terkait pembentuk generasi bangsa ini perlu mendapat perhatian khusus. Ia mengatakan bahwa di negara-negara maju, guru begitu dihormati oleh masyarakat maupun negara. Regulasi yang ditekankan tak hanya aturan, dibutuhkan peran masyarakat, lingkungan yang mendukung untuk menghormati seorang guru, agar seorang guru mampu menjalankan perannya (kaltimtoday.co, 13/11/2024).
*Pengalihan Fokus Guru*
Tugas guru hari ini sangat berat. Bagaimana tidak? Tanggung jawab yang diberikan begitu menumpuk. Selain mengajar, tugas guru banyak dilakukan dalam hal administrasi yang memakan waktu tidak sedikit. Banyak guru mengalami keletihan sehingga menyebabkan turunnya performa mutu dalam mengajar. Hal tersebut sangat berdampak pada kualitas anak-anak sebagai penerus generasi. Belum lagi harus memberikan pengarahan kepada anak-anak yang aktif. Bahkan ketika mendisiplinkan anak-anak tersebut dengan sikap yang tegas justru disalahartikan sebagai kekerasan kepada siswa.
Seperti kasus yang terjadi pada salah satu guru honorer di SD Negeri 4 Baito. Guru tersebut dilaporkan oleh seorang polisi dengan pangkat Aipda, yang merupakan orang tua dari murid yang diduga menjadi korban kekerasan. Namun, guru tersebut berkali-kali telah meminta maaf dan mengatakan tidak pernah melakukan kekerasan pada muridnya. Alhasil sang guru justru diminta uang damai untuk menghentikan kasusnya. Hal tersebut merupakan bentuk pemerasan kepada seorang guru. (kompas.com, 13/11/2024)
Banyak kasus pelaporan guru lainnya ataupun kekerasan ke kepolisian. Mata seorang guru menjadi buta di berbagai daerah hanya karena menegur muridnya yang enggan sholat ataupun karena merokok. Hal ini menjadikan guru lainnya menjadi was-was dan tidak lagi peduli dengan sikap seorang murid. Jika hal ini terus dibiarkan akan berdampak pada anak-anak sebagai generasi mendatang.
*Sistem Kusut*
Kualitas mengajar menurun, banyaknya tekanan dari tugas-tugas administrasi, ancaman dari masyarakat hari ini yang memandang rendah profesi guru, juga himpitan ekonomi yang mencekik guru agar tetap bertahan hidup menyebabkan guru mencari penghasilan tambahan di luar pekerjaannya. Menyedihkan dan memprihatinkan melihat fakta yang terjadi pada sosok yang harusnya menjadi tauladan dan dihormati.
Faktor lain berupa perbedaan mengajar antara di sekolah dan di rumah membuat pola yang kurang baik antara guru dan murid, serta sekolah dan orang tua. Hal tersebut menyebabkan gesekan karena memiliki perspektif cara mengajar masing-masing. Tak luput pihak sekolah yang dituntut hanya dari segi akademik dan akreditasi menyebabkan lalai terhadap perkembangan aspek moral, apalagi agama. Sehingga rasa hormat terhadap orang tua dan guru semakin hari semakin luntur.
Begitu pula sistem kapitalistik hari ini menyebabkan pendidikan hanya sebatas untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga, seseorang dinilai berdasarkan materinya. Maka tak heran anak-anak menjadi berani kepada guru karena memandang status kekayaannya melebihi gurunya.
Semua itu adalah akibat dari peraturan yang sering berubah, lemahnya penjamin perlindungan pada guru dan hukum yang bisa dibeli menjadikan tanda bahwa ketidaksiapan dan bentuk tidak kuatnya sebuah hukum sebagai pengendali perbuatan. Ya, itu adalah hasil dari pendidikan sekuler hari ini, menjadikan profesi guru hanya sebatas mengajar tanpa mendidik. Padahal semboyan “Guru, digugu dan ditiru” adalah bentuk peran penting menjadi pendidik, yang tak hanya memberikan ilmu namun memberikan contoh serta tidak abai ketika ada muridnya yang melakukan kesalahan.
*Guru Mulia dalam Islam*
Banyak dalil tentang keutamaan menghormati guru. Barang siapa yang memahami agamanya maka ia akan menjaga adabnya terhadap seorang guru. Kesadaran untuk patuh terhadap nasihat guru adalah kebaikan yang akan kembali kepadanya. Dalam Islam, orang tua murid juga diajarkan untuk menghormati guru dengan tidak mencari-cari kesalahan guru. Guru-guru di dalam Islam pun sangat antusias untuk menjadi teladan terbaik karena motivasi mereka untuk mendapat pahala sebanyak-banyaknya.
Rasulullah SAW bersabda, _“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang saleh dan mendoakannya."_ (HR. Muslim)
Peran negara dalam Islam tentunya memuliakan profesi seorang guru dengan memberikan jaminan perlindungan dan kesejahteraan. Aturan yang ada dibuat untuk melindungi guru dan murid. Kesejahteraan dilakukan dengan sistem penggajian terbaik sehingga guru dapat melaksanakan amanahnya dengan optimal.
Maka, tercapainya pendidikan berkualitas harus ada sinergitas antara orang tua, murid, dan guru yang mana ketiganya harus saling percaya. Hal tersebut juga didukung peran negara berlandaskan Islam yang akan menjamin kurikulum pendidikan berkualitas yang berasas akidah Islam dan jaminan perlindungan serta kesejahteraan guru. Oleh karena itu, penerapan Islam secara sempurna begitu dibutuhkan untuk mencapai semua tujuan itu. _Wallahu’alam bissawab_.