Andika Ramadani(Aktivis Muslimah)
Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan pembangunan di sektor pendidikan dan kesehatan, sekaligus menyoroti meningkatnya kasus kekerasan seksual di kalangan pelajar serta remaja. Ketua Komisi IV, Gasali, menyebut ketiga isu tersebut saling berkaitan karena menyangkut kualitas sumber daya manusia dan masa depan generasi muda Balikpapan.
Khusus lonjakan kasus kekerasan seksual di kalangan remaja dan pelajar, DPRD Balikpapan memberi perhatian serius. Gasali menilai situasi ini bukan sekadar insiden biasa, tetapi peringatan sosial yang menunjukkan melemahnya pengawasan keluarga terhadap anak. “Kasus seperti ini tidak bisa dianggap sepele. Ini bukan lagi kejadian insidental, tapi tanda bahwa benteng moral dan kontrol sosial di sekitar anak mulai rapuh,” ujarnya. (beritaborneo)
Meningkatnya kasus kekerasan seksual khususnya yang menimpa kalangan remaja dan pelajar berkorelasi dengan maraknya penggunaan digitalisasi. Media sosial, peredaran video porno dan tayangan-tayangan pornografi yang bisa diakses oleh siapa pun menjadi pemicu dorongan seksual.
Miris tentu melihat potret generasi hari ini. Bagaimana bisa menghasilkan generasi yang berkualitas jika moral peserta didik sendiri rusak. Pemuda yang seharusnya mengukir prestasi demi mempersiapkan masa depan malah harus berhadapan dengan kriminal bahkan diusia yang masih belasan tahun. Tahun demi tahun kasus semakin bertambah banyak, kejahatan pun kian sadis bahkan sudah tidak berperi-kemanusiaan.
Sederet kasus kekerasan ini menjadi bukti kegagalan sistem kapitalisme yang diterapkan, di antaranya melalui sistem pendidikan generasi saat ini. Sistem pendidikan sekuler kapitalis telah menyita sebagian besar waktu dan tenaga siswa untuk mengabaikan aspek pembentukan kepribadian yang kuat. Sekolah sebagai institusi pendidikan alih-alih mencetak remaja yang berkualitas yang memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan tujuan pendidikan, namun justru menghasilkan remaja yang menciptakan banyak masalah. Sekolah yang baik seharusnya mampu membentuk kepribadian yang baik. Sebaliknya sekolah yang buruk adalah yang abai terhadap hal-hal tersebut. Dan inilah realita yang terjadi saat ini.
Sebenarnya pemerintah telah menetapkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa serta berkembangnya potensi diri secara optimal, namun itu tidak didukung oleh peraturan atau kurikulum yang baik sehingga tidak akan menghasilkan pelajar atau generasi yang baik. Pendidik seharusnya mampu melahirkan sosok manusia yang mempunyai kepribadian khas yang muncul dari keimanan dan ketakwaan yang tinggi serta memiliki kemampuan berbasis kompetensi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendidikan diarahkan untuk menempa kepribadian siswa yang kuat dan mengembangkan potensi keterampilan secara optimal.
Hanya saja apabila kita menengok realita kehidupan para pelajar saat ini, dengan kurikulum sekuler kapitalis yang digunakan justru para pelajar menjadi pribadi yang kering jiwanya, keras mentalnya, bahkan jumut dari mencari solusi berbagai persoalan yang menimpanya. Kata iman dan taqwa tidak lebih dari lips service. Kata iman dan takwa tidak mewujud dalam kenyataan. Dipengaruhi lingkungan yang rusak dalam membentuk kepribadian generasi dan maraknya tayangan dengan konten kekerasan dan seksual.
Untuk mengakhiri berbagai problematika tersebutaka dibutuhkan perubahan sistem pengaturan kehidupan, sudah saatnya mengganti sistem rusak sekuler kapitalis kepada sistem Islam.
Sistem pendidikan dalam Islam akan mampu melahirkan sosok pelajar yang bersyaksyiah Islamiyah. Pelajar akan terjaga ketakwaannya sehingga jauh dari maksiat diantara pelecehan seksual.
Sistem pergaulan dalam Islam juga akan mencegah terjadinya pelecehan seksual, karena sistem Islam memberikan sanksi tegas yang bersifat jawabir dan jawazir.
Untuk itu dibutuhkan peran dari berbagai unsur yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan negara untuk membentuk kepribadian yang baik yang dibangun di atas iman dan takwa.
1.) Keluarga
Keluarga merupakan institusi pertama dan utama yang melakukan pendidikan dan pembinaan terhadap anak. Orang tua wajib mendidik anak-anaknya tentang perilaku dan budi pekerti yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Mereka diajarkan untuk memilih cara yang benar ketika memenuhi kebutuhan hidup dan memilih barang yang halal yang akan mereka gunakan. Dengan begitu, kelak terbentuk pribadi anak yang shalih dan terikat dengan aturan Islam.
2.) Sekolah
Dalam membentuk kepribadian, salah satunya melalui pendidikan. Sistem pendidikan harus dikembalikan pada asas akidah Islam yang akan menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar-mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru/dosen serta budaya sekolah/kampus tempat remaja eksis didalamnya.
3.) Masyakarat
Masyarakat yang menjadi lingkungan remaja menjalani aktivitas sosialnya mempunyai peran yang besar juga dalam mempengaruhi baik buruknya proses pendidikan, karena generasi muda merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Masyarakat bertindak sebagai kontrol sosial, di mana ketika ada perkara yang akan membentuk pengaruh negatif masyarakat akan mencegah bersama. Misalnya, jika ada sekelompok remaja nongkrong dengan kegiatan yang tidak karuan, masyarakat setempat akan bertindak membersihkan lingkungan dengan mengajak kelompok remaja tersebut mengalihkan kegiatan dengan hal yang lebih bermanfaat.
4.) Negara
Peran paling penting dan strategis dalam membentuk kepribadian generasi muda adalah melalui negara. Negara sebagai penyelenggara pendidikan yang utama haruslah menerapkan kurikulum yang menjamin tercapainya generasi berkualitas. Bukan hanya generasi yang mengejar kemajuan teknologi tetapi juga membentuk kepribadian Islamnya. Negara juga wajib mencukupi segala sarana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan secara layak.
Atas dasar inilah negara wajib memiliki visi pendidikan yang fokus pada pembentukan generasi berkualitas dan menyediakan pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya. Karena dengan kebijakan pendidikan bebas biaya akan membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Selain itu negara juga wajib menyediakan tenaga-tenaga pendidik yang handal. Mereka haruslah yang memiliki kepribadian Islam yang luhur, punya semangat pengabdian yang tinggi dan mengerti filosofi pendidikan generasi serta cara-cara yang harus dilakukan. Mereka juga menjadi teladan bagi anak didiknya. Karena seorang guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu pada muridnya tetapi juga seorang pendidik dan pembina generasi. Lebih dari itu negara juga wajib mengontrol dan menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi terutama media yang memberi pengaruh buruk dalam pendidikan dan pembinaan anak.
Peran negara yang seperti ini tentu tidak akan terwujud dalam tatanan sistem yang kapitalis. Hanya negara yang menerapkan Islam secara kaffah-lah yang mampu melaksanakan peran strategis ini.
Oleh karena itu untuk mengatasi potret buram generasi saat ini maka harus dengan tatanan terbaik dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Yaitu hanya dengan tatanan Islam dalam sistem pemerintahan Islamiyah-lah yang mampu menghapus potret buram tersebut menjadi potret cemerlang dan gemilang.
Wallahu a’lam bishawab