SMP Disasar Narkoba, Malapetaka Dunia Remaja


author photo

22 Nov 2025 - 20.18 WIB




Geger, 15 pelajar SMP postif narkoba. Berita ini muncul setelah aparat kepolisian menggerebek salah satu wilayah di Kecamatan Semampir, tepatnya di Jalan Kunti, Kota Surabaya. Hal ini terbukti setelah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Jatim, Brigjen Budi Mulyanto menyebutkan, dari 50 siswa yang dites urine, terbukti 15 pelajar SMP adalah pengguna aktif narkoba. Selama ini, Jalan Kunti dijuluki sebagai kampung narkoba karena dikenal sebagai salah satu zona merah yang menjadi tempat transaksi narkoba dan pesta sabu. (DetikJatim, 14/11/2025)

Merespon kasus ini, Komite Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Surabaya, Syaiful Bachri mengungkapkan keprihatinan dan menyebut hal ini sebagai alarm bagi dunia remaja untuk lebih mendapat perhatian dari semua pihak, utamanya keluarga. Remaja ini tidak hanya butuh rehabilitasi tapi juga pendampingan psikologis. Selain itu, banyak pihak menilai maraknya kasus kenakalan dan kriminalisasi remaja dominan diakibatkan kesalahan pola asuh keluarga, sehingga keluarga khususnya orangtua diminta menyadari perannya sebagai pembentuk pondasi utama perkembangan mental remaja. Harapannya, jika pondasi tersebut kuat maka anak akan terjaga dari perilaku yang buruk.

Ungkapan tersebut tidak sepenuhnya keliru, memang keluarga adalah benteng utama pendidikan anak, namun pendidikan seperti apa yang bisa diharapkan dari keluarga yang saat ini banyak mengalami permasalahan akibat ketiadaan negara memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak akan ditemukan sebuah keluarga ideal yang tumbuh dalam sistem yang rusak. Sistem yang tidak mengutamakan kepentingan rakyat, melainkan hanya melayani kepentingan individu dan para oligarki pemilik modal. Itulah sistem kapitalisme.

Sistem inilah yang hingga hari ini diterapkan di dunia, tak terkecuali Indonesia. Dalam sistem kapitalisme, negara hanya berfungsi sebagai fasilitator. Rakyat dibiarkan mengurusi hidup mereka sendiri. Dengan segudang permasalahan, terutama masalah ekonomi, seperti sulitnya mencari pekerjaan, meroketnya harga kebutuhan pokok, mahalnya akses pendidikan dan kesehatan, ketiadaan keamanan, semua itu memicu tumbuhnya keluarga-keluarga yang rentan terhadap kekerasan, baik dalam rumah tangga maupun kekerasan di ranah publik. Akibatnya, lahirlah anak-anak yang kurang perhatian, kurang didikan, kehilangan arah hidup serta tidak terpenuhi kebutuhan raga dan jiwanya hingga berpengaruh terhadap perilaku keseharian.

Disamping itu, keberadaan lingkungan yang keras, yang jauh dari kontrol masyarakat semakin menambah parah kondisi remaja saat ini. Mereka hidup dalam budaya hedonisme serta tekanan dunia luar yang tidak terkontrol. Ketika mereka tidak punya pegangan iman yang kuat maka narkoba dan segala jenis kemaksiatan menjadi pelarian bagi mereka yang tanpa disadari akan menghancurkan masa depan.

Remaja hidup tidak hanya di dalam lingkungan keluarga. Separuh waktu mereka banyak dihabiskan di luar rumah, entah untuk belajar ataupun bergaul. Maka ketika masyarakat dan negara abai terhadap proses pengawasan, bisa dipastikan lambat laun generasi muda akan rusak secara struktural. Hadirnya faham kebebasan (liberalisme) yang lahir dari ide memisahkan agama dengan kehidupan (sekulerisme) yang dianut sistem kapitalisme ini akan terus merusak remaja dan menggiring mereka ke lembah malapetaka, karena mereka menganggap kebebasan berekspresi adalah hak bagi setiap individu. Sehingga remaja akan terus terkungkung dalam pola pikir permisif (serba boleh).

Untuk itu, tak ada pilihan lain bagi kita saat ini selain mencampakkan sistem kapitalisme yang merusak dan menggantinya dengan sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta manusia. Sistem hidup yang sempurna yang akan membentuk manusia memiliki kepribadian Islam, tak terkecuali remaja. Mereka akan dididik dengan aqidah Islam dan difahamkan dengan tujuan hidup yang benar. Mereka juga akan disadarkan tentang batasan syariat dalam pergaulan yang akan menjauhkan mereka dari keburukan.

Semua ini hanya bisa dilakukan oleh negara Islam (khilafah) yang berfungi sebagai raa'in (pengurus rakyat) yang bertangungjawab penuh menjaga dan melindungi masa depan generasi. Seorang kepala negara (khalifah) akan memastikan setiap keluarga terpenuhi kebutuhannya dan memberikan pembinaan terhadap mereka, memberantas secara tuntas segala macam kemaksiatan dari akarnya serta memastikan lingkungan masyarakat yang aktif dalam amar ma'ruf nahi munkar.
Bagikan:
KOMENTAR