BANDA ACEH – Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI) Provinsi Aceh bergerak cepat merespons eskalasi bencana hidrometeorologi yang melanda provinsi ujung barat Indonesia. Segenap Pengurus HIPGABI Propinsi Aceh Langsung turun ke Kabupaten Kota yg terdampak Banjir Bandang di Provinsi Aceh.
Di tengah lumpuhnya akses logistik pada beberapa titik krusial, HIPGABI menyalurkan bantuan tanggap darurat berupa sembako ke wilayah terdampak parah di Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Utara, sejak Senin, 1 Desember 2025.
Dalam masa tanggap darurat ini HIPGABI Aceh membentuk TIM untuk melakukan Rapid Asessment dan Rapid Respon untuk mendata kebutuhan mendesak di Kabupaten Kota terhadap Warga Provinsi Aceh terutama di daerah yang baru terbuka akses dengan menyalurkan Bantuan Tanggap darurat berupa Sembako dan Higiene Kit.
Ketua HIPGABI Aceh, Muhammad, menyatakan bahwa penyaluran ini adalah langkah taktis untuk mengisi kekosongan logistik di fase-fase awal masa panik. Bantuan difokuskan pada titik-titik pengungsian yang mulai menipis persediaan pangannya akibat terputusnya akses jalan nasional.
"Kami menyasar kantong-kantong pengungsian yang sulit dijangkau. Bantuan sembako tanggap darurat telah kami salurkan langsung ke Pidie Jaya dan Aceh Utara hari ini untuk memastikan kebutuhan kalori pengungsi terpenuhi di masa kritis," ujar Muhammad dalam keterangan tertulisnya di Banda Aceh, Selasa (2/12).
Ns. Muhammad menemukan data bahwa ada yang sampai 4 hari terisolasi dengan ketinggian banjir mencapai 3 meter bahkan menutup atap rumah, mengungsi tanpa makanan dan tidak bisa memasak.
Disamping itu, Wakil Ketua HIPGABI Aceh Ns. Rahmat Ardianto menyampaikan tahapan berikutnya selain sembako akan kita upayakan melakukan tindakan pengobatan gratis.
“Beberapa hari kedepan diperkirakan akan timbul masalah berbagai penyakit,” ujarnya
Sehingga, Menurut Rahmad, HIPGABI tidak hanya berfokus pada logistik, namun juga melakukan asesmen kesehatan cepat (rapid health assessment) mengingat risiko penyakit pasca-banjir seperti ISPA dan penyakit kulit mulai mengintai para pengungsi yang memadati posko darurat.
Ancaman Kelaparan di Wilayah Tengah
Situasi kemanusiaan di Aceh kian pelik dengan meluasnya dampak banjir ke wilayah dataran tinggi.
Berdasarkan pemutakhiran data Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh per awal Desember 2025, banjir dan tanah longsor telah memutus akses vital di wilayah tengah, khususnya Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues.
Kondisi ini memicu alarm krisis pangan serius. Isolasi wilayah menyebabkan ratusan ribu jiwa di poros tengah Aceh terancam kelaparan karena terhentinya pasokan bahan pokok dari pesisir.
Berikut adalah ringkasan data terkini dampak banjir Aceh:
* Total Warga Terdampak: Mencapai lebih dari 526.000 jiwa yang tersebar di 18 kabupaten/kota.
* Pengungsi: Sedikitnya 292.806 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menempati 403 titik pengungsian.
* Wilayah Terisolir : Jalur lintas Aceh Tengah mengalami kelumpuhan total akibat longsor, mengakibatkan distribusi logistik terhenti dan potensi kelaparan bagi populasi di wilayah pegunungan yang bergantung pada pasokan luar.
* Korban Jiwa : Data sementara mencatat angka korban meninggal dunia terus bergerak naik, dengan lebih dari 156 korban jiwa dilaporkan di seluruh Aceh akibat terseret arus dan tertimbun longsor.
Pemerintah Aceh saat ini telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari dan terus berupaya membuka akses jalan yang tertutup material longsor menggunakan alat berat, sembari mendistribusikan bantuan via udara untuk wilayah yang terisolasi total.