Persembahan Ibu Generasi untuk Perjuangan Menegakkan Peradaban Islam


author photo

29 Des 2025 - 17.15 WIB



Oleh : Rahmi Ummu Naqiya.
Pegiat Literasi 
29 Desember 2025

Sampai menjelang akhir tahun 2025 berbagai kasus tentang pemuda masih kita temukan, kegelisahan yang sulit ditepis ketika kita menatap wajah generasi hari ini. Pemuda hanya disibukkan dengan aktivitas digital yang unfaedah. Mengikuti standar sosial media yang minim bahkan tidak berdampak kepada perubahan ditengah masyarakat. Mereka tumbuh di tengah kemajuan teknologi yang nyaris tanpa jeda, namun pelan – pelan kehilangan arah tentang siapa dirinya dan untuk apa hidup dijalani. Mereka lincah didunia digital tetapi tidak tegas ketika diminta identitasnya sebagai Muslim. Ya beginilah potret dari sekularisasi pemuda saat ini, baik di dunia nyata maupun digital, menyebabkan generasi kehilangan jati dirinya sebagai Muslim dan pelopor perubahan. 
Kondisi kaum ibu pun tak kalah memprihatinkan. Ibu sebagai al umm warabbatul bait, pencetak generasi unggul dan berkualitas. Perannya tak lagi hadir ditengah-tengah keluarga. Tidak sedikit ibu yang disibukkan dengan urusan nafkah karena himpitan sistem kapitalis. Pun tidak jarang mereka hanya menyibukkan diri dengan sosial media dan meniadakan peran penting di tengah keluarga. Dunia digital di bawah naungan sistem kapitalisme telah merongrong potensi ibu dan pemuda. Sistem kapitalisme mengaruskan pandangan dan pemikiran mereka kepada standar yang dibuat barat. Menjadikan kebahagiaan materi sebagai standart kebahagiaan. Sosial media sebagai ajang eksistensi diri tanpa dampak yang berarti ditengah-tengah masyarakat. 

Akar persoalan dari semua ini bukan sekedar lemahnya moral individu, tetapi saat ini digitalisasi berada di bawah hegemoni Kapitalisme, yang tidak hanya bertujuan ekonomi tetapi juga menyebarkan ideologi batil yang menjauhkan umat dari pemikiran Islam. Negara sekuler memandang generasi muda dan kaum ibu sebagai objek komersial, sekaligus menjauhkan mereka dari pembekalan tentang ajaran Islam. Algoritma media sosial, budaya populer, hingga industri hiburan secara sistematis menormalisasikan gaya hidup sekuler dan menjauhkan umat dari pemikiran Islam kaffah.
Negara sekuler turut memperparah keadaan. Dengan memisahkan agama dari urusan publik, negara memandang generasi muda dan kaum ibu sebagai objek kebijakan dan komoditas ekonomi. Pendidikan diarahkan untuk mencetak tenaga kerja, bukan pembentuk kepribadian Islam. Agama diajarkan sebatas nilai moral dan ritual, bukan sebagai sistem yang mengatur kehidupan. Akibatnya, Islam kaffah terasa asing, bahkan dianggap tidak relevan dalam mengatur realitas.
Generasi muda dan kaum ibu memerlukan sebuah jemaah dakwah Islam ideologis yang tidak lain adalah sebuah kelompok dakwah yang bercita-cita melanjutkan kehidupan Islam dalam naungan sistem Islam. Jemaah ini membina mereka agar siap menjadi aktivis dakwah Islam ideologis dan pelaku perubahan hakiki. Jemaah ini meneladan aktivitas dakwah Rasulullah saw. sejak masih di Makkah hingga tegaknya negara Islam di Madinah.
Pembinaan (tatsqif) adalah tahapan awal metode dakwah Rasulullah saw. di Makkah yang kemudian dilanjutkan dengan interaksi dengan umat (tafa’ul ma’al ummah) dan berakhir pada penyerahan kekuasaan untuk menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan (istilamul hukmi).
Di tengah penerapan sistem sekuler kapitalisme, kehadiran jemaah dakwah Islam ideologis menjadi sangat urgen untuk membina ibu dan generasi muda agar memiliki kepribadian Islam dan siap memperjuangkan kebangkitan Islam. Allah Taala berfirman,
 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104).
Sebagaimana yang diteladankan Rasulullah ﷺ, jamaah dakwah ini membina umat, termasuk ibu dan generasi muda, dengan Islam ideologis, menyiapkan mereka menjadi pelopor peradaban yang membela dan mengemban Islam kaffah. Pembinaan (tatsqif) adalah tahapan awal metode dakwah Rasulullah di fase Makkah, yang kemudian dilanjutkan dengan interaksi dengan umat dan berakhir pada istilamul hukmi (penyerahan kekuasaan untuk menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan). Di sini menjelaskan urgensitas keberadaan kelompok dakwah sebagaimana kelompok dakwah Rasul yang membina masyarakat dengan Islam. Hingga mampu menjadikan Islam sebagai aturan kehidupan ditengah-tengah umat. Dan diterapkan dalam naungan sistem negara Islam.
Bagikan:
KOMENTAR