Boikot Produk Pendukung Zionis, Seharusnya Menjadi Komitmen Negara


author photo

18 Nov 2023 - 19.03 WIB


Nur Sukma Almira Yasmin (Aktivis Muslimah, Universitas Mulawarman)

Keputusan Pemboikotan
Penyerangan genosida para penjajah zionis di tanah Palestina makin menjadi-jadi. Bahkan, Palestina telah menyita perhatian para pemimpin negara dan menjadi perbincangan dunia pada hari ini.  Hal inilah yang menjadi landasan terbitnya keputusan pemboikotan produk penjajahan para zinois pada Sabtu, 3 November 2023, oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Keputusan pemboikotan ini cukup memberikan pengaruh yang signifikan dalam bidang perekonomian. Dilansir dari CNN, dalam laporan Bank Dunia negara zionis itu mengalami kerugian besar pada tahun 2014 hingga 2016 sekitar Rp94,16 triliun dengan adanya gerakan pemboikotan besar-besaran yang dilakukan secara serempak dibeberapa negara mayoritas muslim, salah satunya Indonesia. Selain itu, dalam laporan al jazeera juga menyatakan bahwa gerakan boikot terhadap para penjajah zionis menyebabkan kerugian besar sebesar Rp180,48 triliun di tahun 2018.

Bias Keputusan Pemboikotan
Melihat bentuk perlawanan non fisik yang digencarkan melalui gerakan pemboikotan secara besar-besaran ini cukup berefek dan menimbulkan kekhawatiran bagi para penjajah zinois. Alhasil big sale dan diskon besar-besaran juga dilakukan sebagai counter attack terhadap gerakan pemboikotan massal.
Namun pada fakta dan kenyataannya, keputusan pemboikotan terhadap para zionis ini cukup menimbulkan bias market. Pasalnya, beberapa perusahaan besar di Indonesia terdeteksi terafiliasi dengan negara zionis. Salah satu dampak besarnya, akan banyak karyawan yang di PHK akibat perusahaan yang harus gulung tikar. Sementara itu, disatu sisi lainnya, para pakar marketing melihat pemboikotan produk zionis ini sebagai momentum untuk meningkatkan perekonomian produk lokal.

Tentu semua ini tombak ujungnya adalah kembali pada sektor ekonomi. Adanya keputusan pemboikotan produk zionis yang dikeluarkan oleh MUI, tidak serta merta dapat diterapkan oleh semua kalangan, baik itu individu maupun kelompok masyarakat. Namun, kita juga perlu sadar, bahwa pendapatan yang fluktuatif akibat PHK dari beberapa perusahaan dan pemberhentian kontrak, membuat kita dilematis memilih untuk membeli produk murah yang diobral oleh perusahaan yang terafiliasi oleh para penjajah zionis maka itu sama saja dengan menjajah saudara kita sendiri di tanah Palestina atau membeli produk lokal dengan tarif harga tinggi sementara pemasukan berada dipuncak sulit.
Lantas, rakyat kesulitan dimanakah peran negara? mengapa keputusan pemerintah cenderung relatif dan selalu bias?

Lagi, lagi Islam Punya Solusi
Ada yang bilang, masalah Palestina itu masalah kemanusiaan, masalah politik, jangan bawa jadi masalah agama. Namun pada faktanya, negara zionis telah menegaskan bahwa mereka memilih untuk merebut tanah Palestina dengan klaim atas nama agama (yang konon katanya tertuang dalam agama mereka). Maka atas dasar tersebut, sudah jelas bahwa konflik Palestina merupakan konflik agama dalam bingkai politik dan ekonomi dan perlu diketahui Islam bukan hanya mengatur ibadah spritiual namun Islam juga memiliki seperangkat pengaturan dalam mengatur urusan politik dan ekonomi. Kebenaran inilah yang belum terindera baik itu oleh masyarakat maupun pemerintah di negeri-negeri kaum muslimin akibat adanya serangan penjajahan secara pemikiran.

Umat muslim hari ini tersekat, terbelenggu, terjajah secara pemikiran bahwa masalah Palestina itu bukan urusan kita, negeri kita saja masih banyak permasalahan, boro-boro ngurusin masalah yang pelik disana. Maka yang perlu kita pertegas dalam pikiran dan hati kita adalah penjajahan tanah Palestina merupakan permasalahan seluruh umat muslim di dunia. Inilah pembebasan pemikiran yang perlu kita fahami sebelum melakukan jihad fii sabilillah.

Berbagai upaya dan strategi bermunculan, akan tetapi boikot sedari awal memang bukan solusi. Itu hanyalah menunjukkan keberpihakan kita pada tanah Palestina. Do’a itu wajib dan diantara solusi yang dilakukan pemerintah hari ini baik itu berupa donasi, bantuan logistik, bahkan gerakan pemboikotan, hingga negosiasi jalur diplomasi sudah terbukti tidak mampu menuntaskan dan menyelesaikan akar permasalahan di Palestina.

Senjata terbaik hanyalah dengan menyeru para negara-negara kaum muslimin di dunia hari ini yang seharusnya bersatu menjadi satu kekuatan di bawah satu komando dan satu pemimpin untuk mengirmkan tentara terbaiknya mengusir para penjajah zionis. Hanya dengan cara inilah penjajahan di Palestina akan terhapuskan bukan dengan lewat pengiriman bantuan, kecaman dan pemboikotan.
Wallahu’alam Bish Shawab
Bagikan:
KOMENTAR