Kesejahteraan Guru Hanya Ada Dalam Sistem Islam


author photo

3 Des 2023 - 14.30 WIB



Oleh : Nurlina (Praktisi Pendidikan) 

Hari Guru Nasional diperingati setiap satu tahun sekali yaitu setiap tanggal 25 November. Dimana peringatan hari guru kali ini bertepatan dengan hari berdirinya Persatuan Guru Nasional  Indonesia (PGRI) yakni penetapan ini berdasarkan keputusan Presiden Nomor 78 tahun 1994.

Semua setuju bahwa sosok guru adalah sosok yang perlu  digugu dan ditiru. Sosok seorang guru yang disandingkan sama dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Menjadi seorang guru tidak mudah sebab di pundak mereka ada tugas mulia yang berat dan tanggung jawabnya mencerdaskan generasi.

Saat ini masalah kesejahteraan guru menjadi permasalahan yang tak  kunjung usai terutama bagi guru honorer dimana  saat ini masih  jauh dari kata layak dan sejahtera. Contoh di lapangan rata–rata gaji seorang guru honorer  perbulan berkisar antara  Rp.400–600 ribu. Ini pun kadang gaji tidak langsung diterima oleh mereka. Kadang harus di rapel tiga sampai enam bulan lamanya sehinga kesejahteraan guru hanya akan menjadi  ilusi saja.

Problematika yang muncul tidak sebatas kepada masalah gaji yang sangat minim. Perubahan kurikulum di setiap pergantian menteri pendidikan juga menjadi keluhan dari para guru di lapangan. Terutama kurikulum Merdeka Belajar yang saat ini digalakkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Belum lagi masalah perkembangan teknologi.

Dari segi supply sarjana pendidikan di tanah air dimana Program Study Kependidikan menempati posisi terbanyak dengan jumlah 6.127. Dengan besarnya jumlah tersebut maka dipastikan akan mengalami masalah penyerapan alumni dunia kerja nantinya.

Gagasan kurikulum merdeka yang digagas oleh menteri pendidikan yang mana tujuan utamanya bukanlah menjadikan generasi yang berkarakter, tapi lebih kepada persiapan mencetak  generasi  yang dapat mewujudkan SDM  unggul Indonesia yang mempunyai profil pelajar pancasila.

Masalah pendidikan sangat penting untuk diperhatikan sebab pendidikan tersebut sangat berpengaruh pada  kualitas suatu bangsa. Sebab tanpa adanya pendidikan maka generasi penerus tidak akan mempunyai pengetahuan yang cukup yang nantinya akan dipersiapkan  dalam  memajukan suatu bangsa. Namun fakta yang terjadi saat ini justru sangat miris. Krisis moral yang dialami oleh generasi seperti pembulian, kehilangan etika dan sopan santun terhadap guru ,narkoba, bunuh diri dan tawuran. Hal tersebut semakin menambah rentetan masalah yang terjadi  pada negara ini.

Nasib Guru Dalam Jeratan Kapitalis

Fenomena kerusakan  diatas tidak bisa  dilepaskan dari sistem saat ini dimana sistem ini mengadopsi  sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga menjadikan generasi tidak mengenal agamanya sendiri dan menyebabkan mereka berbuat sesuka hati tanpa aturan.

Pergantian kurikulum yang terjadi di setiap pergantian menteri  bukannya membuat generasi dan dunia pendidikan  menjadi lebih baik, justru malah melahirkan generasi yang tak beradab dan brutal.

Sungguh malang nasib para guru honorer di sistem ini. Pengabdian yang bertahun-tahun sangat tidak seimbang dengan besaran gaji yang mereka terima sebagai guru honorer. Tidak jarang kita temui banyaknya keluhan yang disampaikan dengan rendahnya gaji yang mereka terima sangat jauh dari kata layak. Ditambah lagi dengan biaya hidup yang semakin sulit. Belum lagi dengan keterlambatan pembayaran yang sampai berbulan-bulan baru dibayarkan sehingga semakin menambah rasa sakit bagi para guru honorer. Dimana hak tersebut tidak lepas dari sistem kapitalisme yang  dianut oleh para penguasa.

Rusaknya generasi dan persoalan dari guru honorer  saat ini karena penerapan sistem kapitalis sekuler. Mereka mencampakkan aturan yang berasal dari aturan Allah SWT yang Maha Sempurna. Aturan manusia lebih dijunjung di banding aturan yang datang dari Allah SWT. Ditambah juga dengan lemahnya visi negara terhadap dunia pendidikan. Negara tidak sungguh–sungguh dalam memprioritaskan pendidikan sebagai  salah satu pilar pembangunan yang harus diperhatikan.

Kehidupan yang semakin liberal membuat para guru menjadi sulit dalam mendidik muridnya. Padahal guru adalah penentu faktor kemajuan suatu bangsa melalui dunia pendidikan. Ditambah lagi negara yang tidak hadir sebagai support yang harusnya menjadi garda terdepan dalam mensejahterakan “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Begitu pun dengan seringnya pergantian kurikulum. 

Selama sistem ini yang masih kita adopsi yang mana tujuan utamanya adalah materi, maka mustahil generasi yang  dilahirkan  bisa menjadi generasi yang beradab dan bertakwa. Bisa di pastikan bahwa selain gaji yang minim, seringnya pergantian kurikulum ditambah tingkah laku para siswa yang kurang beradab maka akan membuat kerja guru semakin berat.

Bagaimanapun bagusnya dan hebatnya seorang guru jika tidak didukung oleh sistem pendidikan yang baik, maka kualitas seorang guru tidak akan nampak secara signifikan. 

Islam Mensejahterakan Guru

Islam hadir bukan saja sebagai agama ritual tapi sebagai ideologi yang secara praktis mampu menjawab  semua persoalan umat. Islam punya seperangkat aturan  yang praktis untuk menjalankan kehidupan termasuk dalam hal konsep pendidikan. Keberhasilan pendidikan Islam merupakan sebuah peradaban yang memilik capaian tertinggi dalam ilmu pengetahuan dan  teknologi.

Islam memandang bahwa pekerjaan seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia, karena jasa guru banyak  manusia menjadi mulia dan tterhorma. Itulah kenapa Islam menempatkan guru pada posisi yang mulia. Khilafah merekrut guru sesuai dengan yang dibutuhkan oleh negara dan dalam sistem Islam tidak ada sama sekali pembeda antara guru PNS dan guru non PNS. Apalagi bersertifikat atau tidak, yang pasti profesinya adalah seorang guru.

Pada masa kekhalifahan Umar Bin Khattab seorang guru digaji sebesar 15 Dinar (1 Dinar = 4,12 gr emas) ini kisaran 40-50 juta dalam mata uang sekarang. Sumber pembiayaan pendidikan dan guru diambil dari baitul mal. Dua sumber pembiayaan baitul mal yaitu :
1. Pos fai dan kharaj seperti fai, ghonimah, anfal, jizyah dan lain-lain
2. Pos kepemilikan umum seperti tambang minyak, gas dan laut serta hutan.

Dari dua sumber pendapatan diatas jika tidak mencukupi maka negara berkewajiban  mencukupinya dengan cara berhutang yang nantinya cara pelunasannya diperoleh dari pajak dan dipungut dari orang-orang kaya saja. 

Tidak heran jika pada masa kekhalifahan  banyak kita jumpai generasi yang cerdas dan shaleh. Karena negara hadir sebagai penanggungjawab yang mendukung dalam penyelenggaraan di bidang pendidikan. Ini terbukti selama 13 abad mampu menjamin kesejahteraan guru dan murid.

Syekh Taqiyuddin An-Nabhani seorang ulama besar alumni Al-Ahzar menandaskan bahwa pendidikan adalah elemen penting peradaban. Dimana sejarah pernah  membuktikan  ketika suatu negara melalaikan pendidikan Islam efeknya peradaban mengalami kemunduran. 

Oleh karena itu, hanya dalam sistem Islam posisi guru ditempatkan pada posisi yang terhormat dan bermartabat karena kemuliaan pekerjaan yang mereka miliki. Hal ini disebabkan guru termasuk dalam golongan orang-orang yang berilmu dan mengajarkan kepada orang lain sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat. Wallahu A'lam bishawab.
Bagikan:
KOMENTAR